Benghazi, 18 Syawwal 1437/23 Juli 2016 (MINA) – Kelompok milisi di Libya mendesak pemerintah negara itu memobilisasi perlawanan terhadap pasukan Perancis dan pasukan asing lainnya yang datang ke negeri mereka.
Para kelompok milisi mengecam kehadiran tentara asing dan menyebutnya sebagai “agresi terang-terangan”, demikian Nahar Net memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Seruan milisi di kota terbesar kedua Benghazi muncul setelah Presiden Perancis Francois Hollande pada Rabu lalu mengkonfirmasi keberadaan tentaranya di Libya.
Hollande membuat pengumuman setelah tiga tentaranya tewas di Libya selama misi untuk mengumpulkan data intelijen.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Pernyataannya memicu protes anti-Perancis di beberapa kota Libya. Sedangkan pemerintah Libya dukungan PBB mengatakan, kehadiran pasukan asing adalah “pelanggaran” kedaulatan Libya.
Namun, seorang komandan militer yang bersekutu dengan pemerintah saingan yang berbasis di Libya timur telah mengatakan bahwa pasukan Perancis bersama dengan tentara Amerika Serikat dan Inggris berada di Libya untuk “memantau” kelompok Islamic State (ISIS/Daesh).
Kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Dewan Shura Revolusi Benghazi, mendesak rakyat Libya untuk bangkit melawan pengerahan pasukan asing di negara mereka.
Kelompok itu menegaskan, kehadiran militer Perancis di Libya sama saja dengan “invasi tentara salib”. (T/P001/R05)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)