MILITAN TALIBAN.jpg" alt="" width="380" height="253" border="0" />Kabul, 14 Rajab 1435/13 Mei 2014 (MINA) – Militan Taliban melancarkan gelombang serangan di seluruh Afghanistan pada hari Senin (12/5), yang merupakan serangan ofensif pertama di musim panas ini.
Sebuah pernyataan menyebutkan, serangan menargetkan bandara internasional dan pangkalan militer Amerika Serikat (AS) terbesar di dekat Kabul.
Militan Taliban telah bersumpah untuk menargetkan pasukan Afghanistan dan asing, serta mengacaukan negara yang sedang mempersiapkan pemilihan presiden untuk putaran yang kedua.
Dua roket mendarat di luar bandara yang dijaga ketat, namun tidak ada yang terluka, kata kementerian dalam negeri lapor Wordbulletin dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (13/5).
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Koalisi pimpinan AS melaporkan, empat roket menghantam fasilitas AS yang dikelola Bagram Airbase dekat ibukota. Tidak ada yang tewas dalam serangan itu.
Taliban juga menyerbu sebuah gedung pemerintah di provinsi timur Nangahar, menewaskan dua polisi dan dua pegawai pemerintah, kata Fazel Ahmad Sherzad, kepala polisi provinsi. Tiga penyerang tewas, ia menambahkan .
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan.
Taliban yang pernah memerintah Afghanistan 1996-2001, berusaha menggulingkan pemerintah dukungan AS dan mengakhiri pendudukan pasukan asing.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Pasukan Afghanistan bertanggung jawab untuk sebagian besar keamanan, sementara pasukan tempur asing kini mempersiapkan diri untuk meninggalkan negara itu dengan batas waktu akhir tahun.
Taliban dimungkinkan menimbulkan ancaman yang lebih besar selama pemungutan suara putaran kedua bulan depan, seperti salju akan mencair karena situasi memberi mereka lebih banyak kebebasan bergerak dari tempat persembunyian gunung mereka.
Saat ini hanya sekitar 30.000 tentara AS tetap berada di Afghanistan, turun dari jumlah sebelumnya yang sekitar 100.000 pada tahun 2011 lalu. Washington telah berusaha selama berbulan-bulan untuk membuat perjanjian keamanan bilateral yang memungkinkan kekuatan Amerika kecil untuk tetap tinggal sampai akhir tahun.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai telah menolak untuk menandatangani kesepakatan itu, tetapi kedua pemimpin itu mencari penyelesaian terbaik dengan mendorong adanya kesepakatan bersama.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Sementara pada proses pemilihan presiden Afganistan tahap pertama, Mantan menteri luar negeri Abdullah Abdullah dan mantan ekonom Bank Dunia Ashraf Ghani meraih sekitar 75 persen suara, tetapi itu tidak menjamin suara mayoritas. Selanjutnya pada putaran kedua awal Juni nanti diharapkan akan ada pemenang untuk menjadi presiden Afganistan. (T/P07/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai