Ramallah, MINA – Sada Social, sebuah organisasi non-pemerintah yang memantau dan mendokumentasi pelanggaran digital terhadap konten Palestina berbasis di Tepi Barat menyerukan penyelidikan menyeluruh atas dugaan kebocoran data pengguna WhatsApp yang diduga digunakan oleh militer Zionis Israel untuk menyerang warga Palestina di Gaza.
Kebocoran ini diduga melibatkan penyalahgunaan data pribadi warga Palestina di Gaza melalui sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk melancarkan serangan militer Zionis Israel.
Mengutip Jaringan Berita Quds (QNN), Rabu (22/5), Sada melaporkan data yang dieksploitasi termasuk informasi lokasi yang sangat sensitif, yang memungkinkan militer ‘Israel’ untuk melakukan serangan dengan presisi tinggi.
Dalam pernyataan resmi, Sada Social menekankan pentingnya menjaga privasi dan keamanan data pengguna, serta mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan tegas.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sementara itu, laporan investigasi dari Middle East Monitor mengungkapkan bahwa militer ‘Israel’ menggunakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang dikenal sebagai “Lavender” untuk menentukan target serangan di Gaza.
Sistem ini diduga menggunakan data dari WhatsApp, termasuk keanggotaan grup dan aktivitas pengguna, untuk mengidentifikasi target potensial. Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang pelanggaran privasi dan etika penggunaan teknologi.
Sistem AI ini diduga menjadi pusat dari operasi militer ini. Laporan investigasi oleh +972 Magazine juga mengungkap bahwa “Lavender” digunakan untuk menganalisis dan menyortir data dalam jumlah besar yang diperoleh dari berbagai sumber.
AI ini kemudian memberikan rekomendasi target untuk serangan udara yang dilaksanakan oleh militer Israel. Pihak berwenang ‘Israel’ mengklaim bahwa “teknologi ini membantu mengurangi korban sipil,” namun kritik menyatakan bahwa “penggunaannya justru meningkatkan risiko pelanggaran hak asasi manusia.”
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Investigasi ini juga menyoroti bahwa keputusan untuk menyerang target tertentu, meskipun diketahui akan menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil, diambil oleh komando militer ‘Israel’ dengan menggunakan data yang dikumpulkan melalui berbagai metode pengawasan, termasuk data dari platform teknologi besar, seperti Meta, perusahaan induk WhatsApp.
Sejumlah organisasi HAM dan berbagai pihak lainnya mengecam tindakan ini sebagai pelanggaran privasi dan hak asasi manusia yang serius.
Mereka menyerukan penyelidikan independen untuk memastikan akuntabilitas dan mencegah terjadinya kejahatan lebih lanjut.
Mereka menyerukan Meta untuk menyelidiki dan menghentikan penyalahgunaan platformnya untuk tujuan militer Israel.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Selain itu, mereka menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dari ‘penjajah Israel’ terkait penggunaan teknologi canggih dalam konflik bersenjata.
Tindakan ini juga diharapkan dapat menekan perusahaan teknologi untuk lebih bertanggung jawab dalam melindungi data pengguna mereka dan mencegah penyalahgunaan oleh pihak ketiga.
Penduduk di Gaza terus mengalami dampak dari serangan yang diarahkan oleh teknologi AI ini.
Banyak yang merasa terancam dan kehilangan rasa aman karena data pribadi mereka bisa dijadikan senjata oleh pihak yang berkonflik.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Kondisi ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut, yang sudah tertekan akibat blokade dan konflik berkepanjangan. (A/R5)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian