Tel Aviv, MINA – Mulai pekan depan militer Israel akan mengeluarkan panggilan wajib militer kepada siswa seminari ultra-Ortodoks yang sebelumnya dibebaskan dari dinas militer. Kebijakan ini sejalan dengan putusan Mahkamah Agung Israel pada Juni yang lalu.
Masalah ini sangat sensitif di tengah perang melawan Hamas di Gaza dan pertempuran terkait di front lain yang telah menyebabkan korban terburuk di pihak Israel – sebagian besar di antara wajib militer dan pasukan cadangan sekuler – dalam beberapa dekade.
Sebagaimana dikutip dari MEMO, Rabu, (17/7), sebuah pernyataan militer Israel mengatakan bahwa, mulai hari Ahad depan proses mengeluarkan perintah panggilan awal untuk panggilan pertama menjelang siklus perekrutan bulan Juli mendatang akan dimulai.
Koalisi Netanyahu mencakup dua partai ultra-Ortodoks yang menganggap pengecualian tersebut sebagai kunci untuk menjaga konstituen mereka tetap berada di seminari keagamaan dan menjauh dari kekuatan militer yang mungkin menguji nilai-nilai konservatif mereka.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Masalah ini telah memicu protes dari kalangan Yahudi ultra-Ortodoks, yang merupakan 13 persen dari 10 juta penduduk Israel – angka yang diperkirakan akan mencapai 19 persen pada tahun 2035.
Penolakan mereka untuk ikut berperang merupakan perpecahan yang berkepanjangan di masyarakat Israel.
Sebanyak 21 persen warga minoritas Arab di Israel juga sebagian besar dikecualikan dari wajib militer tersebut, dimana laki-laki dan perempuan umumnya dipanggil pada usia 18 tahun, dengan laki-laki menjalani hukuman 32 bulan dan perempuan 24 bulan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon