Rakhine State, MINA – Kepala militer Myanmar Min Aung Hlaing mengumumkan bahwa sekitar 150 pejuang pada Jumat (25/8) dini hari menyerang kantor polisi dan mencoba masuk ke sebuah pangkalan militer di Rakhine State.
Dalam halaman Facebook resminya, Min Aung mengungkapkan, sedikitnya 21 gerilyawan Rohingya dan 11 anggota pasukan keamanan Myanmar tewas dalam bakutembak.
Dia mengatakan, serangan dimulai sekitar pukul 01.00 waktu setempat di kota Maungdaw utara. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Bentrokan itu terjadi beberapa jam setelah sebuah panel yang dipimpin oleh mantan pemimpin PBB Kofi Annan mendesak pemerintah Myanmar untuk mencabut pembatasan pergerakan dan kewarganegaraan bagi warga Muslim Rohingya.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Tentara Keselamatan Rohingya Arakan (ARSA) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu pada sebuah unggahan di Twitter.
ARSA menuduh pasukan Myanmar melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap warga Rohingya.
ARSA mengatakan bahwa pihaknya “melakukan tindakan defensif” di lebih dari 25 lokasi yang berbeda.
“Blokade selama lebih dari dua pekan membuat orang-orang Rohingya meninggal dunia,” kata ARSA dalam pernyataannya, merujuk kepada kota Rathetaung di Rakhine utara yang telah diblokade oleh militer.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Ketika mereka mempersiapkan diri untuk melakukan hal yang sama di Maungdaw, kita harus segera melangkah untuk mengusir pasukan penjajah Burma,” tambah pernyataan itu.
Pernyataan itu memperingatkan lebih banyak serangan yang akan terjadi kemudian.
Menurut Kelompok Krisis Internasional, ARSA dibentuk oleh orang Rohingya yang tinggal di Arab Saudi setelah menghadapi kekerasan komunal yang serius di tahun 2012. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina