Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)
Saat peluncuran awal (soft launching) Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) tanggal 5 Shafar 1434 (18 Desember 2012), sang pendiri, Muhyiddin Hamidy, saat itu menyebutkan MINA sebagai media acuan untuk mendapat berita yang benar.
Menurutnya, MINA juga akan menjadi “juru bicara” kaum Muslimin dalam menyampaikan amar ma’ruf dan nahi mungkar, terutama dalam mendukung Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Pada peluncuran terbuka (grand launching) MINA di Aula Buya Hamka Masjid A-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa, 5 Shafar 1434 / 18Desember 2012, MINA menegaskan kembali jati dirinya untuk turut memperkaya khasanah media global yang bersifat Islami.
“MINA merupakan media alternatif guna mengimbangi penguasaan opini global oleh Zionis Israel,” kata Muhyiddin Hamidy saat itu.
M.Hamidy yang juga Imaam Jama’ah Muslimin(Hizbullah) kala itu menekankan bahwa dalam menyebarkan informasi, MINA berupaya fokus pada cahaya kebenaran, keadilan, keamanan, kedamaian dan kejujuran serta amanah sesuai dengan ajaran Islam.
Unggulan Palestina
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Isu-isu Palestina, termasuk di dalamnya Masjid Al-Aqsha, menjadi unggulan utama dalam pemberitaan MINA, sejak awal didirikan hingga saat ini.
Peliputan berita langsung oleh wartawan MINA dari medan konflik, terutama di Jalur Gaza, informasi dari ‘tangan pertama’, hingga masuk ke lorong-lorong bawah tanah dalam pengawalan pasukan khusus Hamas, dan sumber kedutaan, menjadi berita dan artikel untuk disebarkan ke mancanegara.
Berbagai aksi solidaritas Palestina, baik di wilayah Palestina maupun di negeri-negeri Muslim, seperti di Indonesia, Malaysia, Yordania, hingga ke daratan Eropa, tak luput menjadi pemberitaan utama MINA.
Adanya kolom khusus “Palestina” diwebsite www.minanews.net pun menandakan skala prioritas itu.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Nama “Mi’raj” yang disematkan pada Mi’raj News Agency (MINA), yang diusulkan pertama kali oleh Aat Surya Safaat dan Edi Utama, keduanya wartawan senior Kantor Berita Nasional ANTARA. Aat bahkan saat itu adalah Pemred ANTARA. Itu juga menunjukkan alamat dan arah berita ke Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berpusat di Masjidil Aqsha Palestina.
Hal ini dirasakan langsung oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N. Mehdawi yang menyebutkan, potensi Indonesia sebagai negara besar memiliki pengaruh dan peran sangat besar di dunia, sangat penting jika memiliki kantor berita Islam, dan itu dilaksanakan oleh MINA.
“Kehadiran Kantor Berita MINA sangat penting fungsinya karena dunia Islam selama ini masih sangat tergantung pada sumber-sumber pemberitaan asing. Karenanya kehadiran MINA dapat mewakili kepentingan Islam,” ujarnya.
Di samping itu, harapannya MINA dapat menjadi media untuk menyampaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia kepada negara lain, dan sebaliknya memberitakan peristiwa-peristiwa di negara-negara lain kepada masyarakat Indonesia secara jujur, berimbang, menyeluruh, dan bermanfaat. (Sumber:3 Tahun MINA. Jakarta, 2015).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Maka, ini menjadi unggulan sekaligus perwujudan pembelaan kepada keadilan dan kebenaran. Jika mungkin saja isu Palestina menjadi berita tambahan atau suplemen. Di MINA justru menjadi berita utama.
Sudut pandang (angle) pemberitaannyanya pun berbeda. Misalnya soal perbedaan pola perjuangan dua faksi terbesar di Palestina Fatah dan Hamas. MINA tidak menonjolkan sisi perbedaannya, tapi upaya-upaya rekonsiliasi antara keduanya.
Satu sisi mungkin juga ada sebagian pembaca tidak menyukai kepemimpinan Presiden Mesir Al-Sisi. Namun upaya pemerintahan Mesir memediasi lanjutan rekonsiliasi Hamas-Fatah, layak diapresiasi. Itu pula yang intensif diberitakan MINA. Baik melalui koresponden yang ada di medan konflik Jalur Gaza, maupun sumber-sumber di Kairo.
MINA pun selalu mengawal perjuangan politik, sosial, budaya, antarbangsa dan sebagainya yang mengarah pada kemerdekaan bangsa Palestina. Karena itu, agenda pembicaraan-pembicaraan di PBB, upaya hukum melalui ICC, nasib pengungsi yang ditangani UNRWA, hingga demo-demo anti-Israel di berbagai negara di dunia menjadi pilihan pokok MINA.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Tiada hari tanpa berita Palestina,” itu semangatnya.
Perjuangan media MINA ini pun telah sampai ke telinga para petinggi Palestina. Hingga Perdana Menteri Palestina di Jalur Gaza, Ismail Haniyah, pun memberikan apresiasi MINA dalam sambutannya, “Hadiah bagi kami di Jalur Gaza ada dua, yaitu Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan Kantor Berita MINA”. (Sumber: 3 Tahun MINA. Jakarta, 2015).
Mengubah Opini Dunia
Berdirinya MINA, sebagai Kantor Berita Islam, tak lepas dari kondisi umat Islam yang banyak mengalami penzaliman di mana-mana. Jika ada perlawanan, media massa menyebutnya dengan pemberontak, padahal mereka para pejuang. Sementara pembaca sendiri mengikuti opini tersebut.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Di sinilah MINA yang bekerja secara online melalui tiga bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris) menyuarakan kebenaran, keadilan, keseimbangan, dan dan dakwah amar makruf nahi mungkar.
Ini sesuai dengan statuta pendirian MINA yang menyebutkan bahwa MINA adalah menjadi juru bicara umat Islam dalam menunaikan tugas dari Allah dalam menyampaikan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Dalam hal inilah, MINA mempunyai visi menjadi media massa terpercaya sebagai cerminan Islam rahmatan lil ‘alamiin.
Adapun misinya adalah membuat pemberitaan yang cepat, objektif dan akurat, menyiarkan berita dan artikel untuk menegakkan citra Islam, berperan aktif dalam perjuangan Islam serta memperjuangkan pembebasan Masjid Al-aqsha serta kedaulatan Palestina sebagai negara yang merdeka.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Visi misi ini kemudian dikokohkan kembali pada Tasyakur MINA ke-5 di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, Senin, 18 Desember 2017.
Dalam skala global, MINA pun telah membentuk jaringan media melalui International Conference of Islamic Media (ICIM) di Jakarta, pada Rabu-Kamis, 25-26 Mei 2016, yang menghasilkan “Deklarasi Jakarta untuk Media Islam Bersatu”.
“Konferensi media ini adalah untuk melindungi dan membela kepentingan Islam dan Muslimin, terutama pembebasan Palestina dan Al-Quds,” pernyataan yang dibacakan Dr Cikgu Azmi Abdul Hamid, salah satu anggota Tim Perumus asal Malaysia.
Cikgu Azmi juga mengatakan, deklarasi diumumkan untuk memperjuangkan tegaknya keadilan dan perdamaian di muka bumi yang terbebaskan dari penindasan, kezaliman dan penjajahan atas umat manusia.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Peserta Konferensi ICIM terdiri dari para pimpinan redaksi seperti Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Kantor Berita ANTARA, Kantor Berita Palestina WAFA (Wakalah al-Anbaal-Filistiniyyah), Kantor Berita Turki Anadolu Agency (AA), dan lainnya, juga bersepakat untuk memperjuangkan terwujudnya kesatuan media Islam internasional berdasarkan prinsip ukhuwah Islamiyyah.
“Media Islam Internasional mesti bersatu padu untuk membangun kekuatan yang signifikan dalam mengimbangi dominasi media Barat, media Zionis atau media manapun yang melancarkan perang opini yang merugikan Islam dan Muslimin,” ujar Cikgu Azmi, sambil menyebut terbentuknya International Muslim Media Alliance (IMMA).
Pernyataan menambahkan, Media Islam internasional bersikap proaktif dalam pembelaan kepentingan Islam dan Muslimin serta kemanusiaan dengan tingkat kesiapan dan kehandalan yang tinggi untuk menangkis serangan-serangan terhadap setiap kepentingan Islam dan Muslimin.
Peserta sidang konferensi pun sepakat menempatkan issu-issu Palestina dan Al Quds Assharief sebagai prioritas pemberitaan utama (headlines).
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Para pimpinan redaksi Media Islam Internasional juga diminta aktif membangun jejaring kerjasama antar media Islam di masing-masing negaranya dalam berbagai bidang untuk pembelaan kepentingan Islam dan Muslimin.
“Masing-masing kita juga mengagendakan terjalinnya pertukaran berita dan pengutipan berita bebas biaya, pengembangan kompetensi SDM jurnalis Muslim melalui pelatihan dan pertukaran wartawan,”paparnya.
Istiqamah Menegakkan Keadilan
Mengutip apa yang pernah dikatakan Wakil Menteri Luar Negeri RI AM Fachir saat membuka International Conference of Islamic Media (ICIM) tahun 2016.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Media dan media sosial memiliki kekuatan luar biasa. Obama menjadi presiden karena medsos, Husni Mubarak jatuh dari tampuk kepemimpinan juga karena medsos. Di sinilah seharusnya media Islam menguatkan perannya dalam memberitahukan tentang fakta dan kebenaran,” ujarnya. (Sumber: www.minanews.net).
Maka, di sinilah peran MINA akan terus dilaksanakan di tengah berbagai isu dunia. Termasuk memasuki tahun politik yang suhunya semakin ‘memanas’, MINA lebih mengedepankan ukhuwah Islamiyah.
Ini sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Jama’ah, bahwa kesatuan bagi seluruh Muslimin tidak dapat dibagi-bagi, dipisah-pisahkan, apa lagi diadudombakan, sebagai perwujudan Ukhuwah Islamiyah, baik dalam kemudahan ataupun dalam kesukaran.
Posisi MINA pun seperti juga ruh Al-Jama’ah, yaitu tegak berdiri di dalam lingkungan kaum Muslimin, di tengah-tengah antargolongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kezaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa.
“Kita terus berjuang bukan karena orang lain atau karena ikut ini atau itu. Namun berjuang karena Allah, dengan Allah,untuk Allah, bersama-sama Kaum Muslimin menuju Mardhatillah,” ujar Imaam Yakhsyallah Mansur, sebagai pimpinan tertinggi Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency).
Imaam Yakhsyallah juga menegaskan dalam Rapat Redaksi MINA pada Senin 8 Rabi’ul Akhir 1440 / 17 Desember 2018, bahwa yaqin berpegang teguh thaat melaksanakan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, adalah sumber segala kejayaan dan kebahagiaan.
Akhirnya, tentu perjalanan perjuangan MINA enam tahun (2012-2018), sudah, sedang dan akan terus bergulir dengan atau tanpa kita. Sebab sandaran utamanya hanyalah Allah semata. Sebagai manusia-manusia biasa di dalamnya, tentu jajaran redaksi dan yang terkait akan terus menyempurnakan diri dalam pekerjaannya.
Tahniah 6 tahun MINA, mabruuk… Semoga senantiasa dalam penjagaan, pemeliharaan, perlindungan dan pertolongan Allah. Sehingga berjaya dalam ridha dan ampunan-Nya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)