Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mindset Tauhid, Dasar Kesuksesan Menurut Al-Qur’an

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 19 detik yang lalu

19 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

PERNAHKAH kita merasa seolah hidup begitu berat? Segala usaha sudah dikerahkan, doa sudah dipanjatkan, namun hasilnya belum juga menggembirakan. Sebagian dari kita bahkan sempat bertanya, “Di mana jalan keluar?

Di mana keberhasilan yang dijanjikan?” Mungkin, tanpa disadari, ada yang kurang dalam fondasi hidup kita. Bukan pada strategi atau perencanaan, bukan pula pada kekuatan finansial atau dukungan sosial. Tapi pada mindset tauhid—cara pandang yang menempatkan Allah sebagai pusat dari segalanya. Di situlah titik mula kesuksesan sejati.

Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali menekankan bahwa kesuksesan hakiki bukan hanya tentang harta, pangkat, atau status duniawi. Kesuksesan sejati berakar pada iman yang murni, pada tauhid yang kokoh, pada keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan hanya kepada-Nya kita berharap, bekerja, serta berserah diri.

Ketika Segalanya Bermula dari Laa Ilaaha Illallah

Tauhid bukan hanya doktrin teologis. Ia adalah mindset hidup. Tauhid bukan sekadar ucapan yang diulang dalam shalat, tapi sistem nilai yang membentuk cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Ketika seorang Muslim benar-benar menjadikan kalimat Laa ilaaha illallah sebagai pusat hidupnya, maka seluruh urusan dunia tidak akan lagi membuatnya gentar. Sebab ia tahu: Allah-lah yang Maha Mengatur, Maha Memberi, Maha Membuka jalan, Maha Menentukan hasil.

Baca Juga: Mencintai Al-Aqsa: Identitas Muslim Sejati

Allah berfirman, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” (Qs. Ath-Thalaq: 2-3)

Ayat ini bukan sekadar ayat untuk dihafal, melainkan untuk diyakini sepenuhnya. Betapa banyak orang yang merasa terkurung dalam kesulitan karena ia menggantungkan harapan pada selain Allah: pada koneksi, pada gaji, pada peluang duniawi. Padahal, jika mindset kita tertancap pada tauhid, kita akan menemukan bahwa Allah-lah sumber dari segala sumber. Ia tidak pernah mengecewakan orang-orang yang bergantung kepada-Nya.

Mindset tauhid memerdekakan jiwa. Ketika manusia menggantungkan segalanya hanya kepada Allah, maka tidak ada yang bisa menakut-nakutinya. Dunia tidak lagi menakutkan, karena dunia ini hanya tempat ujian. Orang yang punya mindset tauhid sejati tidak akan berhenti berjuang karena tekanan. Ia terus maju, karena yakin bahwa Tuhan-nya Maha Melihat setiap usaha, Maha Menyimpan setiap tetes air mata, dan Maha Adil dalam membalas setiap perjuangan.

Kita Sering Salah Ukur

Baca Juga: Serangan Zionis Malah Hidupkan Kembali Nasionalisme Iran

Betapa sering kita mengukur kesuksesan dengan parameter manusia: rumah besar, mobil mewah, popularitas. Padahal itu semua bukan ukuran di sisi Allah. Allah tidak pernah menyuruh kita menjadi ‘kaya’ dalam arti duniawi. Tapi Allah menyuruh kita menjadi kuat dalam iman, teguh dalam prinsip, jujur dalam usaha, dan ikhlas dalam beramal. Itulah kriteria sukses menurut Al-Qur’an.

Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan sosok-sosok sukses dalam kitab-Nya: Nabi Ibrahim yang meninggalkan anak dan istrinya di padang gersang atas perintah Allah. Nabi Yusuf yang rela dipenjara demi menjaga kehormatan. Nabi Musa yang berani menghadapi Fir’aun dengan hanya tongkat dan keyakinan kepada Allah. Semua kisah itu menunjukkan satu pola: kesuksesan tidak ditentukan oleh kemudahan, tetapi oleh kesetiaan kepada Allah.

Mindset tauhid membuat seseorang tenang di tengah badai. Ia tidak goyah saat gagal. Ia tidak sombong saat berhasil. Ia tidak patah saat ditolak. Ia tidak bangga saat dipuji. Sebab ia sadar, semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Mengapa Banyak yang Gagal Meski Sudah Berusaha Keras?

Baca Juga: Peluncuran Kalender Hijrah Global: Langkah Strategis Menyatukan Umat Islam

Kadang kita menyangka bahwa kegagalan terjadi karena kurangnya strategi atau ilmu. Tapi bisa jadi, kegagalan itu justru datang karena belum lurusnya niat. Belum bersihnya hati. Belum murninya tauhid.

Mindset tauhid mengajarkan kita bahwa hasil bukanlah milik kita, tugas kita hanyalah berusaha maksimal dengan niat yang lurus dan cara yang halal. Sisanya, serahkan kepada Allah.

Mindset tauhid meluruskan arah: bahwa kita bekerja bukan semata untuk mencari uang, tapi untuk menjalankan amanah Allah. Kita belajar bukan sekadar agar pintar, tapi agar menjadi insan yang lebih bermanfaat. Kita berdakwah bukan untuk dipuji, tapi karena mencintai Allah dan menginginkan keridhaan-Nya.

Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(Qs. Adz-Dzariyat: 56)

Baca Juga: Kutukan Dekade ke-8, Isyarat Runtuhnya Negara Yahudi

Ayat ini adalah deklarasi hidup. Ibadah bukan hanya shalat atau puasa, tapi mencakup seluruh aktivitas yang diniatkan untuk Allah. Ketika mindset kita terpatri bahwa semua yang kita lakukan adalah bentuk ibadah, maka kita tidak akan mudah menyerah. Karena kita tahu, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang taat.

Tauhid bukan membuat kita pasrah tanpa usaha, tapi sebaliknya: tauhid membuat kita berani bermimpi, karena kita yakin Allah Maha Mampu. Tauhid mendorong kita berjuang tanpa batas, karena kita percaya Allah Maha Kuasa membukakan jalan. Tauhid memampukan kita menghadapi tantangan sebesar apa pun, karena kita bersandar pada Dzat yang tidak pernah lemah.

Dari mindset tauhid lahir pribadi-pribadi unggul yang tidak mudah galau, tidak gampang putus asa, tidak menyerah saat diuji, tidak congkak saat berada di puncak. Karena mereka tahu, hidup ini hanyalah persinggahan. Kesuksesan dunia bukanlah tujuan utama, melainkan kendaraan menuju akhirat yang abadi.

Saat Hidup Berubah karena Tauhid

Baca Juga: Bila Mata Tak Terjaga, Hati Bisa Ternoda

Bayangkan jika seorang pengusaha mengawali hari dengan keyakinan bahwa rezeki datang dari Allah, bukan dari pelanggan. Maka ia akan melayani dengan jujur, bukan dengan tipu daya. Ia akan bersedekah di pagi hari, bukan mengeluh karena penjualan menurun. Ia akan bekerja keras, tapi hatinya tenang karena tahu Allah yang menggenggam takdir.

Atau bayangkan seorang ibu rumah tangga yang membersihkan rumah sambil berdzikir, memasak dengan cinta karena sadar semua itu adalah ladang pahala. Ia tidak merasa rendah karena tak bergaji, karena ia tahu, tugasnya mulia di sisi Allah.

Begitu pula seorang pelajar yang meniatkan belajarnya demi membela agama dan menolong umat. Ia akan belajar dengan sungguh-sungguh, karena tahu setiap lembar yang dibaca adalah bagian dari ibadahnya.

Mindset tauhid tidak hanya mengubah cara kita berpikir, tapi juga cara kita merasa, bersikap, dan menjalani hidup. Tauhid adalah bahan bakar spiritual yang menjadikan setiap langkah terasa ringan, karena yakin bahwa Allah bersama kita.

Baca Juga: Kesewenang-wenangan Pendirian Gereja: Fakta, Realita, dan Suara Umat yang Terpinggirkan

Jika hari ini kita merasa lelah, mungkin bukan karena pekerjaan kita terlalu berat, tapi karena kita terlalu mengandalkan diri sendiri dan lupa bersandar kepada Allah. Jika kita merasa gagal, bisa jadi karena kita belum sepenuhnya yakin bahwa Allah-lah yang Maha Mengatur segala urusan.

Mari kembali ke fondasi utama hidup: Laa ilaaha illallah. Inilah kata yang membebaskan, yang menguatkan, yang mengarahkan hidup kita menuju kesuksesan yang sejati, bukan hanya di dunia yang sementara, tapi di akhirat yang kekal selamanya.

Berpikirlah dengan Tauhid. Bergeraklah dengan Tauhid. Berjuanglah dengan Tauhid. Itulah kunci sukses sejati menurut Al-Qur’an.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Boikot Zionis Israel, Aksi Damai yang Mematikan

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
MINA Preneur
Kolom