Oleh : Wildan Alami, Founder Tokoh Nasional Learning Centre
Kesimpulan
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqarah: 26)
Teori komunikasi mengatakan bahwa salah satu cara untuk menjelaskan sesuatu yang belum pernah dilihat/didengar/dirasakan oleh orang lain adalah dengan metode perumpamaan. Metode perumpamaan adalah acar menjelaskan sebuah konsep dengan mengumpamakan sesuatu yang belum didengar/dilihat/dirasa dengan sesuatu yang lain yang sudah dirasa/didengar/dilihat oleh seseorang.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Metode ini dibuat agar sesorang mudah memahami, agar sesemorang mudah menginternalisasi (memasukan) sebuah teori ke dalam fikirannya. Metode perumpamaan juga adalah metode yang membuat sesorang merasa apa yang dipelajarinya adalah bagian dari dunianya, bagian dari dirinya. Metode ini sangat efektif dan efisien. Dapat meringkas sebuah konsep yang besar dan berat kedalam sebuah kalimat yang simpel dan ringan sehingga orang mudah menyampaikannya dan mudah menerimanya.
Seperti itu juga Allah dalam mengajarkan manusia akan ilmu-ilmu kehidupan. Ia menerjemahkan bahwa Illahi ke dalam bahasa manusia. Dan Allah tidak segan membuat perumpamaan dengan bahasa yang sederhana untuk menjelaskan sebuah konsep yang besar dan mendasar.
Perumpamaan ini juga merupakan ujian keimanan, barang siapa yang beriman akan dengan cepat dan peka menangkap pesan-pesan Illahi yang penting dalam perumpamaan itu. Ia akan cepat menggali makna dari setiap peristiwa yang sederhana sekalipun. Dengan banyaknya makna yang tergali ia akan semakin bijaksana. Semakin banyaknya pengalaman akan semakin memperkuat keimanan. Sedangkan bagi orang kafir yang tidak peka terhadap pesan-pesan kasih sayang Illahi dalam ayat-ayatnya (kejadian alam semesta) ia akan menyepelekan, menertawakan dan membuat segala petunjuk yang berharga itu.
Inilah maksud dari insiden buah khuldi yang terjadi di awal permulaan kisah hidup ummat manusia. Kisah ini tidak sesederhana yang kita kira. Kisah ini mengandung makna konseptual besar yang menjadi bekal hidup manusia. Bahwa akan ada banyak buah khuldi yang serupa yang disajikan oleh Allah dalam menu ujian hidup manusia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Berbagai banyak bentuk larangan yang mengandung kasih sayang. Akan ada banyak penyusupan iblis melalui bentuk lain yang membisiki manusia. Godaan iblis datang melalui berbagai media, media lisan, media tulisan, media film, media musik, media makanan, masia sistem/hukum. Media kebudayaan yang harus kita waspadai ada kandungan iblis di dalamnya.
“Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16 – 17).
Selanjutnya, bahwa dalam membujukrayu kita orang yang beriman dalam kehidupannya. Terkadang dan banyak bujukrayu menyesatkan itu datang melalui orang terdekat yang kita sayangi, dan kita percaya dan kita sulit menolak ajakannya. Dari pasangan, dari saudara, dari sahabat.
Untuk menyikapinya kita tidak boleh memandang siapa orang yang mengajak, tapi lihat apa ajakannya. Sehingga kita tidak terbawa oleh orang yang mengajak. Meskipun itu adalah orang terdekat atau orang terpercaya akan tetapi bila ajakannya menyesatkan, itu layak ditolak, layak dihindar. Ini menjelaskan bahwa hanya Allah-lah subjek yang betul-betul bisa dipercaya, diajak berdiskusi untuk mempertimbangkan sesuatu. Dimintai petunjuk dan diikuti arahannya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Buah Khuldi adalah simbol jalan hidup yang menyesatkan tapi nampak menyelamatkan. Buah Khudli adalah simbol cara kerja yang menguntungkan tapi sebetulnya merugikan. Buah khuldi adalah pendidikan yang seolah membangun akhlaq mulia, padahal menciptakan manusia tidak beradab. Buah khuldi adalah simbol sistem kenegaraan yang seolah membangun tapi sebetulnya meruntuhkan. Buah khuldi adalah simbol kebijakan yang seolah memperbaiki tapi sebetulnya merusak.
Buah khuldi adalah simbol dari idola yang seolah memberi contoh baik padahal memberi contoh buruk. Buah khuldi adalah tempat yang seolah memanjakan (memberi kesenangan) padaha sebetulnya memberi kesengsaraan. Buah Khuldi adalah obat yang seolah menyembuhkan padahal sebetulnya virus yang menyakitkan. Buah khuldi simbol dari pakaian yang membuat orang tampak memuliakan pemakainya tapi sebetulnya adalah pakaian yang yang membuat orang tampak hina dan hilang kehormatan.
Buah Khuldi adalah nada yang seolah mengingatkan kita pada Allah, padahal membuat kita lupa dan terlena pada dunia. Dan banyak lagi segala perumpamaan buah khuldi dalam seluruh sektor kehidupan manusia.
Terkupaslah sedikit kulit buah khuldi yang penuh misteri, penuh makna. Pastinya lebih banyak lagi makna yang belum tergali di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan. dan karena ayat Al-Quran adalah bagaimana mata Air yang tak pernah berhenti memancar. semakin sering kita membaca semakin banyak kita menemukan makna baru didalamnya. Semakin kita menyelami, maka semakin dalam makna yang belum tergali. Semoga tulisan ini memicu kita semua untuk terus mengkaji Al-Quran yang penuh hikmah, yang penuh petunjuk, yang penuh rahmat dari Allah ta’ala. Al-Quran ini adalah surat cinta dari Dzat yang maha mengasihi, dan mencintai makhluqnya. Semakin banyak kita membacanya semakin tebal keintaan kita kepada Allah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Alhamdulillah Jazakallaahu khairan katsiiraa…!
(AK/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat