Oleh: Rudi Hendrik, reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Penukaran tahanan antara seorang tentara Amerika Serikat (AS) yang ditahan oleh pejuang Afghanistan dengan lima petinggi Taliban yang ditahan di penjara Guantanamo, Kuba, ternyata menyisakan misteri dan masalah di Amerika dan warganya. Hal itu disebabkan oleh sosok tentara AS yang ditebus dengan lima petinggi Taliban, sosok Sersan Angkatan Darat Bowe Bergdahl.
Keistimewaan apa yang dimiliki Berghdahl sehingga Washington mau menebusnya dengan harga tinggi yang kemudian justeru pembebasannya menjadi kontroversi di kalangan militer dan warga AS?
Sekilas tentang Bowe Bergdahl
Bowe Robert Bergdahl yang lahir 28 Maret 1986 adalah seorang prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat yang ditahan oleh jaringan Taliban blok Haqqani di Afghanistan dari bulan Juni 2009 sampai bebas pada Mei 2014. Bagaimana Bergdahl pergi menghilang dan bagaimana ia ditangkap menjadi bahan perselisihan.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Bergdahl lahir di Sun Valley, Idaho, dari pasangan Jani dan Robert “Bob” Bergdahl, seorang sopir truk komersial. Bergdahl memiliki kakak, Sky Albrecht. Keluarganya sering menghadiri kebaktian Gereja Ortodoks Presbyterian.
Sebagai orang dewasa, Bergdahl mempelajari militer dan seni bela diri sebelum beralih ke kelas balet di Sekolah Ballet Sun Valley, Ketchum, Idaho. Ia tidak pernah memiliki mobil, ia mengendarai sepedanya ke mana-mana. Ia menghabiskan waktu di sebuah biara Budha antara tahun 2007 dan 2008.
Karier Bergdahl
Bergdahl lulus dari sekolah infanteri di Fort Benning, Georgia pada akhir 2008. Ia ditugaskan untuk Batalyon 1, Resimen Infantri 501, Tim Tempur Peredam ke-4, Divisi Infanteri ke-25, berbasis di Fort Richardson, Alaska.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Menurut rekan tentaranya, Spesialis Jason Fry, pembawaan Bergdahl tenang.
“Dia bukan salah satu pengacau, ia fokus dan berperilaku baik,” kata Fry.
Bergdahl lebih terisolasi dari teman-teman tentaranya, misalnya, daripada bersosialisasi dengan teman-temannya selama acara Thanksgiving, ia lebih suka mempelajari peta Afghanistan.
Bergdahl pernah mengatakan kepada Fry sebelum penyebaran mereka ke Afghanistan, “Jika penyebaran ini lumpuh, saya hanya akan berjalan pergi ke pegunungan Pakistan.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Unit Bergdahl dikirim ke sebuah pos bernama Mest-Malak di Afghanistan untuk melakukan operasi kontra.
Bergdahl mulai belajar berbicara Pashto, dan menurut Fry, Bergdahl mulai tertarik menjauh dari unitnya, menghabiskan lebih banyak waktu dengan warga Afghanistan dari pada dengan pletonnya. Ayah Bergdahl menggambarkan anaknya kepada penyidik militer sebagai “psikologis terisolasi”.
Sebelum Penangkapan
Pada 25 Juni 2009, batalyon Bergdahl menderita korban pertama yaitu Letnan Brian Bradshaw yang tewas dalam ledakan bom pinggir jalan dekat desa Yaya Kheyl, tidak jauh dari pos Bergdahl.
Menurut sebuah artikel Rolling Stone yang ditulis oleh Michael Hastings, ayah Bergdahl berkeyakinan Bradshaw dan Bergdahl bersahabat sejak di National Training Center, dan kematian Bradshaw membuat suasana hati Bergdahl gelap.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Pada tanggal 27 Juni 2009, menurut Hastings, Bergdahl mengirim e-mail ke orang tuanya sebelum ia ditangkap.
Beberapa saat setelah tengah malam, pada tanggal 30 Juni 2009, Bergdahl meninggalkan catatan di tendanya yang mengatakan bahwa ia telah kecewa dengan Angkatan Darat AS, tidak mau mendukung misi Amerika di Afghanistan, dan ia pergi untuk memulai hidup baru.
Namun, Senator Saxby Chambliss mengatakan bahwa Gedung Putih membantah adanya catatan seperti itu.
Lima Tebus Satu
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Akhir Mei 2014, satu-satunya tentara AS yang masih ditahan di Afghanistan telah dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran lima petinggi Taliban yang ditahan di Teluk Guantanamo, Kuba.
Washington menyatakan bahwa Sersan Bergdahl dibebaskan dan ditukar dengan lima petinggi Taliban, yaitu Mohammad Fazl, Mullah Norullah Noori, Mohammed Nabi, Khairullah Khairkhwa, dan Abdul Haq Wasiq.
Pertukaran tahanan itu dimediasi oleh pemerintah Qatar.
Presiden AS Barack Obama mengucapkan terima kasih kepada Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, atas komitmennya untuk menjadi mediasi antara AS dan Taliban.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Bergdahl diserahkan kepada tentara AS oleh Taliban pada Sabtu malam, 31 Mei 2014 di daerah Afghanistan Timur, dekat perbatasan Pakistan.
Para pejabat mengatakan Bergdahl dalam kondisi sehat dan bisa berjalan. Adapun tahanan Taliban diserahkan kepada pihak berwenang di Qatar.
Kelimanya adalah anggota berpangkat tinggi pemerintah Taliban yang digulingkan oleh Amerika pada tahun 2001. Fazl adalah Wakil Menteri Pertahanan, sementara Noori adalah Gubernur Provinsi Balkh.
Taliban mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembebasan mereka membawa “kegembiraan yang besar”.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Dalam sebuah pernyataan, Obama mengatakan bahwa orang-orang Amerika sangat senang akan dapat menyambut kepulangan Sersan Bowe Bergdahl.
“Atas bantuan untuk mengamankan kembali tentara kami, saya menyampaikan penghargaan terdalam saya kepada Emir Qatar,” kata Obama.
Kontroversi Hilangnya Bergdahl
Bergdahl hilang pada malam tanggal 30 Juni 2009, dekat kota Yahya Kheyl di Provinsi Paktika.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Tentang kronologis penangkapannya, mengemuka beberapa versi.
Dalam video, Bergdahl mengatakan bahwa ia ditangkap ketika ia jatuh di belakang patroli, di mana sumber Taliban menuduhnya mabuk dari kamp ketika disergap.
Namun sumber-sumber militer AS menolak klaim itu dengan mengatakan, “Taliban dikenal berbohong dan apa yang mereka klaim adalah tidak benar”.
Seorang Juru Bicara Departemen Pertahanan mengatakan, “Saya senang melihat dia muncul terluka, tapi lagi, ini adalah video propaganda Taliban. Mereka memanfaatkan prajurit yang melanggar hukum internasional.”
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Sumber-sumber lain mengatakan, Bergdahl berjalan dari kamp setelah giliran tugasnya atau ia berjalan dari kakus. Menurut sebuah artikel AP pada 2009, Departemen Pertahanan AS menggambarkan kepergiannya dengan “berjalan dari markasnya di Afghanistan Timur dengan tiga orang Afghanistan yang diyakini membawanya sebagai tahanan”.
Jenderal Nabi Mullakheil dari Kepolisian Nasional Afghanistan mengatakan, penangkapan itu terjadi di Provinsi Paktika. Sumber lain mengatakan bahwa ia ditangkap oleh kelompok Taliban yang dipimpin oleh Maulvi Sangin, kemudian dipindahkan ke Provinsi Ghazni. Ia ditahan oleh jaringan Haqqani, sebuah kelompok militan yang berafiliasi dengan Taliban, mungkin di suatu tempat di Pakistan.
Sebuah penyelidikan Pentagon tahun 2010 menyimpulkan bahwa Bergdahl berjalan menjauh dari unitnya. Bergdahl menulis e-mail ke orang tuanya bahwa ia kecewa dengan misi perang Amerika. Ia mengatakan dalam e-mail-nya, ia malu menjadi orang Amerika.
Menurut The New York Times, penyelidikan militer menunjukkan bahwa pada malam Bergdahl menghilang, ia meninggalkan catatan di tendanya yang mengatakan dia akan pergi untuk memulai hidup baru. Fox News melaporkan bahwa surat itu mengatakan bahwa Bergdahl ingin melepaskan kewarganegaraannya.
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Namun menurut Senator Saxby Chambliss, Gedung Putih mengatakan tidak ada catatan dalam pertemuan dengan Kongres tentang pembebasan Bergdahl.
Kepala Pimpinan Gabungan Staf Martin Dempsey mengatakan, “Pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku tentara khusus ini, terpisah dari upaya kami untuk mengembalikan anggota ANY U.S. dari penangkaran musuh.”
Militer AS akan menyelidiki bagaimana Bergdahl ditangkap.
“Seperti warga Amerika lainnya, ia tidak bersalah sampai terbukti bersalah. Pemimpin Angkatan Darat kami tidak akan berpaling dari kesalahan jika itu terjadi. Sementara itu, kami akan terus menjaga dia dan keluarganya,” kata Dempsey.
Beberapa tentara yang betugas dengan Bergdahl telah memanggilnya desertir (pembelot).
Nathan Bradley Bethea, seorang prajurit satu batalyon dengan Bergdahl yang menulis sebuah artikel di Daily Beast, menyatakan bahwa tidak ada patroli di malam Bergdahl hilang, dan Bergdahl telah berbicara tentang keinginannya untuk berjalan ke India.
Bethea menulis bahwa brigadenya menerima perintah untuk tidak membahas Bergdahl karena alasan keamanan, tetapi sekarang ia telah ditemukan, tidak ada kepentingan untuk terus diam.
Cody Full, anggota peleton Bergdahl, mengatakan, “Ia sengaja pergi dan menempatkan ribuan orang dalam bahaya karena perbuatannya. Kami mengangkat sumpah dan menjunjung tinggi sumpah kami, tapi ia tidak melakukannya.”
Full mengatakan bahwa Bergdahl telah mengirim komputer dan harta benda lain miliknya pulang sebelum kepergiannya. (P09/P04)
(Bersambung ….)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sumber: Wikipedia, Al Jazeera, BBC, facebook