Kairo, 22 Rabi’ul Akhir 1436/12 Februari 2015 (MINA) – Presiden Abdul Fatah Al Sissi mengatakan, Pada Selasa (10/2) Kairo dan Moskow menyetujui rencana untuk bersama-sama membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Mesir.
“Sebuah nota kesepahaman untuk membangun fasilitas tersebut ditandatangani oleh pejabat Mesir dan Rusia selama kunjungan Presiden Vladimir Putin ke negara itu, yang dimulai hari Senin,” kata Al Sissi.
Pada konferensi pers bersama dengan Putin, Al Sissi mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir akan dibangun di Daba’a, barat laut Mesir di pantai Mediterania, Gulfnews dikutip Mi’raj Islam News Agency (MINA) sebagai laporan.
Mesir telah merencanakan fasilitas nuklir di Daba’a itu selama rezim presiden terguling Hosni Mubarak, tapi pekerjaannya dihentikan karena perselisihan dengan penduduk setempat.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Putin mengadakan pembicaraan dengan pihak oposisi Mesir di Kairo, Selasa lalu karena Moskow berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan negara Arab terutama yang bersekutu dengan Washington yang mulai kurang harmonis.
Putin adalah pendukung kunci Al Sissi yang berasal dari non-Arab. Al Sissi menghadapi kecaman Amerika Serikat (AS) atas tindakan kekerasan pada lawan politiknya sejak ia menggulingkan pemimpin Islam Mohammad Mursi Juli 2013.
Itu merupakan kunjungan pertama Putin dalam satu dekade ke Kairo, setelah sebelumnya pada tahun 2005.
Para ahli mengatakan kunjungan Putin juga untuk menunjukkan bahwa ia tidak terisolasi secara internasional, meskipun ada krisis di Ukraina.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Setelah pembicaraan singkat di bandara, kedua pemimpin menghadiri konser di Opera House sebelum makan di landmark Tower, Kairo.
Pada hari Selasa, mereka mengadakan pembicaraan resmi di istana kepresidenan.
Disambut oleh penjaga kehormatan dan 21 tembakan penghormatan, poster pemimpin Rusia itu terpampang di jalan-jalan utama di Kairo dengan tulisan dalam tiga bahasa, yaitu Rusia, Arab dan Inggris.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Para pejabat mengatakan kedua pemimpin itu diperkirakan akan menandatangani sejumlah perjanjian.
“Para pemimpin akan memberikan perhatian khusus untuk peningkatan perdagangan dan hubungan ekonomi antara kedua negara,” kata Kremlin.
Rusia menjadi tuan rumah bagi pendahulunya Al Sissi yaitu Mursi selama kepresidenannya satu tahun, meski akhirnya kelompok yang dipimpin Mursi, Ikhwanul Muslimin dicap sebagai “kelompok teroris” pada tahun 2013.
Tapi Moskow juga salah satu negara pertama yang mendukung presiden Al Sissi tahun lalu.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Al Sissi mengunjungi Rusia ketika ia menjabat menteri pertahanan setelah menggulingkan Mursi di tengah memburuknya hubungan dengan Washington. Dia mengunjungi Rusia lagi sebagai presiden pada Agusus 2014.
Pada pertemuan mereka musim panas lalu di kediaman Putin di Sochi, keduanya mendiskusikan pemasokan senjata Rusia ke Mesir untuk memerangi pemberontakan di Semenanjung Sinai yang telah menewaskan puluhan polisi dan tentara.
Moskow berusaha mengamankan sebagian besar pasar senjata Mesir setelah Washington menangguhkan beberapa pengiriman senjata setelah kekerasan kelompok Al Sissi pada pendukung Mursi.
Pada saat itu, media Rusia mengatakan kedua pihak hamper melakukan penandatanganan kesepakatan $ 3 miliar (sekitar Rp38 trilyun) dengan Moskow untuk memasok rudal dan pesawat tempur, termasuk jet MiG-29 dan helikopter serang.
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB
Namun, Washington kembali memberikan bantuan tahunan $ 1,5 miliar (sekitar Rp19 trilyun) ke Mesir. Mereka juga memberikan helikopter tempur Apache untuk melawan militan di Sinai.
Hubungan kedua negara masih tetap kurang harmonis dari sebelum pemecatan Mursi. Hal ini karena Washington mengkritik rezim Al Sissi atas penindasan pada kelompok Islam.(T/P009/R02)
Mi’raj Islam News Agency (MINA)