Khartum, MINA – Separuh dari populasi Sudan atau 24,6 juta orang, menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi, kata Dokter Lintas Batas (MSF) pada hari Senin (3/2).
Melansir Middle East Eye, angka tersebut juga mencakup 8,5 juta orang yang berisiko mengalami “situasi darurat atau seperti kelaparan” menurut data yang dikumpulkan dari laporan terbaru Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC).
“Meskipun ada seruan untuk bangkit kembali, mobilisasi kemanusiaan dan diplomatik yang kuat untuk bertindak atas pengiriman bantuan masih jauh dari kebutuhan,” kata Stephane Doyon, Manajer Operasi MSF.
“Untuk menyediakan jatah makanan bulanan bagi mereka yang berada dalam situasi paling ekstrem, dibutuhkan 2.500 truk bantuan per bulan, sedangkan hanya sekitar 1.150 yang menyeberang ke Darfur antara bulan Agustus dan Desember,” tambahnya.
Baca Juga: Jepang Siapkan Perawatan Medis untuk Warga Gaza
Menurut MSF, pihak-pihak yang bertikai di Sudan, yakni tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF), telah menghalangi penyaluran bantuan.
Sementara itu kelambanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sistem bantuan di Darfur juga telah memperburuk krisis kekurangan gizi yang disebabkan oleh konflik, menurut MSF.
Organisasi tersebut menyatakan tindakan segera diperlukan untuk mencegah “lebih banyak lagi kematian yang dapat dihindari akibat kekurangan gizi” di negara tersebut.
Sejak April 2023, Sudan dilanda perang saudara yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan apa yang disebut oleh organisasi kemanusiaan terkemuka sebagai krisis pengungsian internal terbesar di dunia, dengan lebih dari 10 juta orang telah meninggalkan rumah mereka.[]
Baca Juga: Aljazair Siap Normalisasi Hubungan dengan Israel tapi Pakai Syarat
Mi’raj News Agency (MINA)