Kairo, MINA – Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak hadir di pengadilan pada Rabu (26/12) untuk memberikan kesaksian dalam sidang penggantinya, Muhamad Morsi, yang menghadapi tuduhan dalam kasus pelarian diri massal dari penjara pada 2011.
Rekaman yang ditayangkan oleh media lokal menunjukkan Mubarak yang berambut putih berjalan dengan tongkat ke ruang sidang ditemani oleh dua putranya.
Mubarak awalnya menolak untuk bersaksi dengan alasan bahwa kesaksiannya dapat membahayakan keamanan nasional. Demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip MINA.
Mengenai dugaan pelanggaran perbatasan yang terjadi sesaat sebelum pemberontakan rakyat Mesir pada 25 Januari 2011, Mubarak mengatakan, bahwa Omar Suleiman, yang saat itu menjabat sebagai kepala dinas intelijen Mesir, memberi tahunya tentang pelanggaran tersebut.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Dia mengungkapkan, bahwa sebuah pasukan yang diperkuat 800 orang melintasi perbatasan.
“Mereka menyusup ke perbatasan dari Gaza dengan bantuan orang-orang di provinsi Sinai Utara, Mesir,” tambahnya.
Mubarak mengklaim orang-orang Sinai Utara bekerja sama dengan Ikhwanul Muslimin pimpinan Morsi dengan tujuan menyebar kekacauan di Mesir.
Sang mantan presiden menduga para penyusup memasuki sejumlah penjara di daerah itu dan membantu narapidana yang berafiliasi dengan Hizbullah, Hamas dan Ikhwanul Muslimin untuk kabur.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Pada satu titik, mereka naik ke puncak gedung-gedung tinggi dan mulai menembak,” tambahnya.
Selama kesaksiannya, dia menyatakan ketidaktahuannya sehubungan dengan rencana yang diduga dibuat oleh Ikhwanul Muslimin, Iran, Hamas, Hizbullah dan AS untuk menyeret Mesir ke dalam kekacauan.
Meskipun begitu, Mubarak menolak untuk menjawab pertanyaan tentang fasilitas pemerintah yang dihancurkan pada waktu itu dan sejumlah kematian yang disebabkannya.
Sementara itu, Morsi duduk di dalam kerangkeng di bagian belakang ruang sidang mengikuti kesaksian Mubarak dengan saksama.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Hari itu adalah pertama kalinya Mubarak dan Morsi berhadapan satu sama lain sejak Mubarak mundur pada 2011setelah tiga dekade berkuasa menyusul demonstrasi selama 18 hari di seluruh negeri.
Morsi terpilih sebagai presiden pada 2012, satu tahun setelah mundurnya Mubarak. Namun, setelah satu tahun berkuasa, dia sendiri digulingkan dalam kudeta militer dan diserang dengan sejumlah tuduhan kriminal.
Menyusul pemecatan Morsi pada pertengahan 2013, pihak berwenang Mesir meluncurkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat politik, yang menewaskan ratusan pendukung Morsi dan menjerumuskan ribuan orang ke balik jeruji besi atas tuduhan melakukan kekerasan. (T/R03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza