DALAM Islam, sukses tidak hanya diukur dari materi, tetapi dari keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Al-Qur’an menyatakan, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami beri kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. An-Nahl: 97). Ini adalah dasar teologis bahwa kebahagiaan sejati bersumber dari iman dan amal saleh.
Penelitian dalam psikologi perkembangan menunjukkan bahwa usia 20–40 tahun adalah masa puncak energi, kreativitas, dan potensi produktivitas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang lima hal: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan…” (HR. Tirmidzi). Ini menegaskan pentingnya masa muda sebagai ladang amal.
Kaya bukan tujuan utama, tetapi sarana untuk mengabdi. Islam memandang harta sebagai amanah dan ujian. Allah berfirman, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At-Taghabun: 15). Oleh karena itu, kekayaan harus dijaga dalam koridor halal dan dimanfaatkan untuk maslahat umat.
Penelitian ekonomi Islam menekankan pentingnya prinsip syariah dalam memperoleh dan mengelola kekayaan: kejujuran, tanpa riba, gharar, dan maisir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang shiddiq dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan betapa mulianya kekayaan yang diraih dengan integritas.
Baca Juga: Membangun Empati: Landasan Ilmiah Dan Syariat
Karier dan bisnis bisa menjadi ibadah jika niat dan caranya benar. Dalam Islam, niat adalah hal mendasar, “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, menjadi profesional atau pengusaha sukses dengan niat memberi manfaat dan dakwah merupakan bentuk ibadah yang tinggi nilainya.
Ekonomi Islam mendorong umatnya untuk menabung dan berinvestasi secara bijak. Dalam Qs. Yusuf: 47, Allah mengisahkan Nabi Yusuf yang mengatur penyimpanan hasil pertanian selama tujuh tahun sebagai bentuk perencanaan keuangan. Prinsip ini relevan dengan anjuran menyiapkan masa tua dengan keuangan yang stabil.
Kekayaan sejati adalah yang memberi manfaat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Filantropi Islam melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf adalah bentuk nyata kekayaan yang diberkahi dan berpahala.
Dalam Qs. Al-Qashash: 77 Allah menegaskan, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” Ayat ini menyeimbangkan antara kerja keras duniawi dan orientasi ukhrawi—karena keduanya saling menyempurnakan.
Baca Juga: Jangan Hanya Bermimpi, Wujudkan!
Penelitian medis dan syar’i menunjukkan keterkaitan kuat antara kesehatan fisik dan kebahagiaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari). Pola hidup sehat, olahraga, dan makanan halal-thayyib penting untuk mendukung aktivitas produktif dan ibadah optimal hingga tua.
Orang yang muda bekerja keras dengan landasan iman akan menuai kebahagiaan di masa tua. Dalam Qs. Maryam: 59-60, Allah menyebut generasi setelah para nabi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, sehingga akhir hidupnya penuh penyesalan. Maka, menjaga nilai sejak muda menjamin husnul khatimah.
Salah satu cara untuk mengabadikan kekayaan adalah dengan amal jariyah. Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika anak Adam mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim). Ini mendorong kaum muda untuk membangun warisan yang abadi hingga akhirat.
Dalam Qs. Ali Imran: 185 disebutkan bahwa “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya”, dan “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” Maka, ukuran sukses sejati adalah ketika hidup diakhiri dengan husnul khatimah dan memperoleh surga.
Baca Juga: Rahasia Sukses dalam Islam: Kunci Rezeki yang Berkah dan Melimpah
Rahasia hidup sukses adalah ketika ilmu, amal, dan spiritualitas berjalan harmonis. Penelitian integratif dalam ilmu sosial-agama menunjukkan bahwa orang yang hidup dengan kesadaran spiritual tinggi cenderung lebih bahagia, produktif, dan tahan terhadap tekanan hidup. Islam mengajarkan ini dalam satu kalimat: berilmu, beramal, dan bertakwa.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Memaksimalkan Doa