Moskow, 29 Sya’ban 1434/8 Juli 2013 (MINA) – Mufti Chechnya Sultan Mirzayev meyakini bahwa Amerika Serikat (AS) telah mengambil keuntungan dari umat Islam dalam mengejar tujuan-tujuannya sendiri dalam geopolitik di Suriah.
“Tidak ada jejak jihad di Suriah. Apa yang terjadi di Suriah adalah perang saudara, dan semua orang pergi ke sana untuk melawan, baik itu orang Chechnya atau Muslim dari latar belakang etnis yang berbeda, harus diingat bahwa mereka akan ada untuk membela kepentingan Amerika dan kepentingan geopolitik Barat,” kata Mirzayev di stasiun radio Voice of Russia, media online Interfax melaporkan yang dikutip Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency), Senin (8/7).
Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa menjelaskan alasan Chechnya untuk berperang di Suriah, dia hanya mencatat bahwa “ini adalah orang-orang yang hilang”.
“Siapapun yang dinyatakan oleh AS sebagai tiran, maka akan ada kekacauan yang sama. Dan Libya adalah contoh yang baik dari ini,” katanya.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
“Dan jika AS mencapai ujung-ujungnya di Suriah, maka negara lain, seperti Yordania atau beberapa lainnya, akan menjadi korban berikutnya. Dan ternyata, Muslim menempatkan rencana Amerika dengan tangan mereka sendiri. Pikiran bahwa Amerika mendukung Syiah di Irak, dan sekarang mereka mendukung Sunni di Suriah. Mengapa hal ini dilakukan? Itu dilakukan dengan sengaja untuk mengatur Sunni dan Syiah terhadap satu sama lain.”
Mirzayev mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa perkembangan di Suriah adalah ‘fitnah’, yaitu konflik yang ditujukan untuk membasmi umat Islam.
Di sisi lain, sekelompok ulama yang dipimpin oleh Sheikh Yusuf al-Qaradawi di Mesir mengeluarkan fatwa pada pertengahan Juni, yang menyatakan mengikat setiap jenis jihad melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
“Yusuf al-Qaradawi melayani Allah, tetapi tidak Amerika saat ini. Dia menyebut Gaddafi (mantan pemimpin Libya) kafir, meskipun ia membantu Muslim Utara dan Afrika Tengah. Dia menciptakan suatu keadaan dimana air, listrik, dan gas yang bebas. Apakah Anda menemukan yang lain seperti negara itu? Mungkin itu Qatar, di mana al-Qaradawi menikmati hidupnya? Ia juga menyerukan jihad di Chechnya sebelumnya, tapi kami menjelaskan situasinya kepadanya,” kata Mirzayev mengomentari fatwa al-Qaradawi. (T/P09/R2).
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu