Beirut, 2 Syawal 1435/29 Juni 2014 (MINA) – Mufti Besar Lebanon, Syaikh Dr. Muhammad Rasyid Qabbani dalam khutbah Idul Fitri di Masjid Muhammad Al-Amin pusat kota Beirut, Lebanon, Senin (28/7), mengajak umat Islam untuk bersatu menghadapi Zionis Internasional.
Syekh Qabbani, ulama Sunni terkemuka Lebanon, mengatakan, saat ini terjadi penghancuran dan kengerian di negeri-negeri Muslim, terutama kawasan Arab, akibat proyek Zionis memecah belah umat Islam.
Syaikh Qabbani mengatakan, kunci untuk mengatasi semua problematika tersebut adalah dengan bersatunya kaum Muslimin seluruh dunia, Tayyar al-Mustaqbal melaporkan, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
“Kesatuan dan persatuan bangsa Arab dan negeri-negeri Muslim di dunia merupakan kekuatan terhebat menghadapi musuh-musuhnya,” seru alumnus Al-Azhar Kairo tersebut.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Apalagi, menurutnya, menghadapi serangan militer Zionis Israel ke Jalur Gaza, dan untuk kemerdekaan Palestina secara keseluruhan, memerlukan kesatuan langkah negeri-negeri Muslim.
“Di mana kalian wahai bangsa Arab dan kaum Muslimin? Ketahuilah, jihad menghadapi musuh bersama Zionis Israel yang sedang menduduki kota suci Al-Aqsha adalah kewajiban setiap individu Muslim,” tegas Syaikh Qabbani, yang juga anggota Rabithah al-‘Alam al-Islami berpusat di Makkah al-Mukarramah.
Selain itu, Syaikh Qabbani menyesalkan adanya peristiwa pengusiran warga Kristen di Mosul, Iraq utara.
“Aksi pengusiran bukanlah ketentuan Islam, Islam tidak pernah mengajarkan seperti itu, dan akibat dari itu semua berdampak pada kengerian di kawasan Arab,” tambahnya.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Daulah Khilafah
Media berbahasa Arab al-‘Alam memberitakan, Daulah Khilafah versi ISIS (Islamic State of Iraq and al-Sham) atau ISIL (Islamic State of Iraq and Levant) mengusir orang-orang Kristen dari Mosul, Irak Utara.
Mereka dipaksa oleh kelompok yang disebut juga dengan al-Dawlah al-Islamiyyah fi al-‘Iraq wa al-Sham (DA’ISH) pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi untuk memeluk Islam, atau membayar upeti (jizyah), atau dibunuh atau diusir dari daerah tersebut dengan meninggalkan seluruh hartanya.
Ini untuk pertama kali dalam 1.600 tahun terakhir, terjadi pengusiran warga Irak beragama Kristen yang tinggal di kota itu. Padahal sebelumnya, Irak merupakan rumah bagi lebih dari satu setengah juta warga Kristen, yang merupakan keturunan dari komunitas Kristen tertua di Irak. Kehidupan mereka relatif damai meskipun waktu itu tinggal di bawah sistem tirani Saddam Hussein.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Keprihatinan juga dilontarkan oleh Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki, yang tidak membenarkan tindakan pengusiran itu.
Pada Ahad (29/6/14) lalu, ISIS mengumumkan berdirinya Daulah Khilafah dengan wilayah kekuasaan meliputi dari Aleppo di Suriah hingga Diyala di Irak timur.
Abu Muhammad al-Adnani melalui situs internet dan Twitter bahwa menyatakan, kekhalifahan tersebut dalam bentuk Daulah Islam dengan Abu Bakar al-Baghdadi sebagai khalifahnya.
Sementara itu dalam siaran persnya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) wadah kesatuan umat Islam berpusat di Indonesia menyatakan, masalah deklarasi Daulah Khilafah di Irak memang merupakan masalah bagi kaum Muslimin, mengingat khilafah merupakan suatu yang wajib bagi kaum Muslimin.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Khilafah merupakan suatu yang wajib bagi kaum Muslimin dan pasti, bukan suatu khayalan atau utopia. Namun, hendaknya dalam menegakkan Khilafah sebagai wujud kesatuan umat Islam wajib mengacu pada Al-Quran dan As-Sunnah,dilandasi keikhlasan dan musyawarah, dan tidak dengan saling membunuh.(T/R1/IR).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB