Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mugabe: Antara Istri dan Letnan yang Setia

Bahron Ansori - Kamis, 16 November 2017 - 12:27 WIB

Kamis, 16 November 2017 - 12:27 WIB

128 Views

Robert Mugabe dan istrinya, Grace, pada sebuah demonstrasi di Harare [File: Philimon Bulawayo / Reuters]

Robert Mugabe dan istrinya, Grace, pada sebuah demonstrasi di Harare [File: Philimon Bulawayo / Reuters]

Oleh Alex Magaisa*

Hari ini, meskipun militer Zimbabwe bersikeras bahwa mereka tidak melakukan kudeta, tapi jenderal militer secara efektif mengendalikan kekuasaan negara. Ini terjadi hanya dua hari setelah pemimpin militer utama, Jenderal Constantino Chiwenga mengeluarkan sebuah pernyataan yang sangat kritis terhadap Presiden Robert Mugabe.

Pernyataan tersebut mengatakan kepada Mugabe bahwa dia telah kehilangan kendali atas partai yang berkuasa dan pemerintah. Tanpa disangka pernyataan itu memperingatkan bahwa militer tidak akan ragu untuk masuk dan mengambil “tindakan drastis”.

Pernyataan jenderal tersebut dipicu oleh pemecatan kontroversial Mugabe terhadap wakilnya, Emmerson Mnangagwa, yang sebelumnya dianggap sebagai pesaing utama untuk menggantikan presiden berusia 93 tahun itu pada saat pensiun nanti.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Mnangagwa memiliki hubungan dekat dengan beberapa pejabat militer, itulah sebabnya militer membelaannya setelah ia dipecat.

Mnangagwa, telah melayani Mugabe dengan setia pada waktu yang sangat lama. Pertama sebagai asisten khusus selama perang untuk membebaskan Zimbabwe yang dipimpin Mugabe pada tahun 1970-an, kemudian sebagai menteri dan wakil presiden di pemerintahan Zimbabwe.

Sebelum dipecat, Mnangagwa adalah satu dari dua menteri di pemerintahan yang berada di kabinet Mugabe sejak 1980. Mnangagwa adalah pelaksana Mugabe, pelaku tugas, pertama sebagai menteri keamanan negara, kedua sebagai menteri kehakiman dan sebagai wakil presiden.

Dalam partai ZANU-PF yang berkuasa, Mnangagwa untuk waktu yang lama, bertanggung jawab atas keuangan partai. Dia dikenal setia pada Mugabe. Lalu bagaimana kemudian kedua pria itu retak?

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Di sisi lain, istri muda Mugabe, Grace, mengembangkan ambisinya sendiri untuk menggantikan suaminya. Hal ini menempatkannya pada konflik langsung dengan Mnangagwa yang telah lama menunggu di sayap, dengan harapan suatu hari nanti dia akan menggantikan seniornya.

Mugabe dihadapkan pada pilihan antara istrinya dan letnan lamanya. Dia memilih istrinya, langsung membawanya kepada konflik dengan bawahannya. Situasi buruk semakin memburuk saat Mugabe memecat Mnangagwa pekan lalu.

Konflik ini terjadi setelah Mnangagwa dipermalukan oleh istri Mugabe, Grace. Pada satu insiden, Grace menjadi agresif dan memperlakukan Mnangagwa dengan hina, sementara Mugabe tidak mencegahnya. Justru sebaliknya, dia mendukung istrinya dan juga menyerang Mnangagwa sebelum dia memecatnya. Hal ini tentu saja meningkatkan krisis keduanya.

Ironisnya, inilah langkah untuk memecat Mnangagwa yang telah menjadi bumerang pada Mugabe. Presiden yang telah berkuasa selama 37 tahun itu kini terancam berakhir dengan memalukan dalam karir politiknya yang panjang dan kontroversial.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Ini adalah contoh lain dari militer yang melakukan intervensi dalam politik sipil, walaupun dilarang oleh konstitusi. Namun, intervensi militer jenis ini bukanlah hal baru dan Mugabe tidak berhak mengajukan keluhan. Bedanya, intervensi ini bertentangan dengan Mugabe.

Sebagai contoh, pada tahun 2002, jenderal militer mengambil posisi politik untuk mendukung Mugabe dan merugikan saingannya Morgan Tsvangirai, yang mereka anggap kurang memberi kebebasan.

Kondisi itu diulangi dalam pemilihan berikutnya. Setelah kemenangan Tsvangirai di tahun 2008, militer juga melakukan intervensi, memastikan Mugabe pulih dari kampanye yang brutal terutama di daerah pedesaan. Hal ini memungkinkan dia untuk mempertahankan kekuatan dari segala rintangan.

Ironinya, Mugabe bertahan karena dukungan yang dia dapatkan dari militer dan kini ia hampir kehilangan kekuatan karena ditekan oleh militer yang sama.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Dalam masyarakat normal, orang akan marah dengan pengambilalihan militer, tapi Zimbabwe saat ini jauh dari normalitas. Warga Zimbabwe harus menanggung beban dari rezim Mugabe sejak tahun 1980. Upaya mereka untuk mengubah pemerintahan dan mencoba pendekatan baru telah digagalkan. Dalam beberapa tahun terakhir, oposisi yang dulu bersemangat pun telah menjadi lelah dan mulai bertengkar karena kelelahan dan frustrasi.

Sepertinya Mugabe akan bertahan sampai mati. Kondisi sosial dan ekonomi belum membaik. Kondisi mereka kini semakin parah. Negara ini tidak memiliki mata uang nasional dan akhir-akhir ini, ada kekurangan uang yang serius. Pengangguran lebih dari 90 persen. Kebanyakan anak muda memiliki satu ambisi, yaitu meninggalkan negaranya secepat mungkin.

Sebagian besar warga Zimbabwe tampaknya menyambut baik intervensi militer tersebut, bukan karena mereka menyukai pemerintahan militer, tapi sebaliknya, itu karena bentuk perubahan dari sistem peraturan satu orang yang mengancam menjadi pemerintahan dinasti.

Lalu apa sekarang untuk Mugabe? Akan ada negosiasi yang bertujuan untuk memberinya jalan keluar secarara bermartabat. Sedangkan untuk istrinya, dia mungkin hanya terhindar dari rasa hormat kepada Mugabe.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Grace telah membuat terlalu banyak musuh selama karir politiknya yang pendek. Sekutu-sekutunya di fraksinya juga akan membayar harga untuk tindakan mereka yang menjadi angkuh dan sombong. Mereka merayakannya terlalu cepat, jauh sebelum perang usai.

Faksi yang sekarang berkuasa kemungkinan besar akan memilih balas dendam, memastikan bahwa faksi yang kalah benar-benar dimusnahkan.

Adapun pemenangnya, tantangan mereka bersifat multi-wajah. Pemenang itu harus memastikan restorasi tatanan konstitusional, mereka harus menyembuhkan partai dan bangsa yang terpecah, mereka harus menciptakan lingkungan demokrasi bebas, mereka harus bekerja untuk memperbaiki hubungan internasional, terutama dengan Barat dan paling menonjol di benak kebanyakan orang, mereka harus memperbaiki ekonomi.

Ini adalah tugas yang harus mereka lakukan dengan baik untuk memanfaatkan talenta bakat yang ada di negara itu. Yang pasti, Zimbabwe telah membuka sebuah babak baru. Ini akan membutuhkan semua bantuan yang bisa didapatnya dari teman-teman negara itu. (A/RS3/)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

*Alex Magaisa adalah akademisi dan dosen hukum Zimbabwe yang berbasis di Inggris.

Sumber: Aljazeera

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Internasional
Internasional