Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhammad Ali Taher, Tokoh Palestina yang Tak Ragu Bantu Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Rendi Setiawan - Kamis, 19 Oktober 2023 - 15:58 WIB

Kamis, 19 Oktober 2023 - 15:58 WIB

35 Views

Oleh: Mei Rendi Setiawan, Jurnalis MINA

Indonesia dan Palestina memiliki ikatan kuat sejak lama. Kedua bangsa ini saling mendukung satu sama lain sejak zaman awal kemedekaan Indonesia, salah satunya melalui saudagar sekaligus bos media asal Palestina bernama Muhammad Ali Taher.

Salah satu ungkapan Muhammad Ali Taher yang terkenal dan diabadikan M Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!”

Nama Muhammad Ali Taher memang terdengar asing bagi rakyat Indonesia dewasa ini, namun sangat melekat erat di benak para pejuang kemerdekaan Indonesia. Sebab, Muhammad Ali Taher punya peran signifikan dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Israel Hancurkan Rumah dan Tempat Pengungsian di Gaza Utara

Mohamed Ali Eltaher (Aboul-Hassan), atau yang sering disebut sebagai Muhammad Ali Taher oleh orang Indonesia, lahir pada tahun 1896 di kota Nablus (kota Romawi kuno Flavia Neapolis) di Palestina.

Ayah Muhammad Ali Taher bernama Aref Eltaher dan ibunya Badieh Kurdieh. Muhammad Ali Taher merupakan salah satu dari tujuh bersaudara -tiga perempuan dan empat laki-laki, beberapa di antaranya saudara tiri.

Keluarga Eltaher berasal dari suku Jaradat, keturunan Juhayna, suku Arab terkenal yang tinggal di bagian barat laut yang sekarang dikenal sebagai Arab Saudi.

Beberapa penulis sering keliru dalam menulis jenjang pendidikan Eltaher. Dia tidak pernah bersekolah umum, apapun yang Eltaher pelajari diperoleh dari sekolah Al-Quran tradisional (Kuttab dalam bahasa Arab), sebagaimana dikutip dari situs eltaher.org.

Baca Juga: Israel Tutup Masjid Ibrahimi untuk Perayaan Hari Raya Yahudi

Mulai karir jurnalis dan menjadi bos media

Muhammad Ali Taher memulai karier sebagai jurnalis di surat kabar Fata Al Arab yang berbasis di Beirut. Dia pernah menulis artikel yang memperingatkan niat gerakan Zionis untuk membangun negara Yahudi di Palestina.

Muhammad Ali Taher merupakan bos media di tiga surat kabar, yaitu Ashoura, Al-Shabab, dan Al-Alam Al-Masri. Surat kabar Ashoura (Oktober 1924 – Agustus 1931) merupakan media utama milik Muhammad Ali Taher.

Sedangkan Al-Shabab terbit pada Agustus 1931 sampai Januari 1937, menggantikan Ashoura yang dibekukan Mesir. Adapun Al-Alam Al-Masri berumur pendek, sejak April 1939 sampai Agustus 1939, karena pecah perang dunia kedua.

Baca Juga: Komandan Brigade Lapis Baja Israel Tewas di Utara Gaza

Pada 1953, Mesir di bawah Mohamed Naguib memberikan izin Ashoura terbit kembali. Namun, Menteri Dalam Negeri sekaligus Wakil Perdana Menteri Mesir Gamal Abdel Nasser tetap melarang penerbitan Ashoura.

Sebelum menerbitkan surat kabar Ashoura, Muhammad Ali Taher membangun Kantor Informasi Arab Palestina dan Komite Palestina pada 1921 di Kairo, Mesir.

Kantornya yang terletak di Jalan Abdelaziz 30, Ataba El-Khadra Square di pusat Kota Kairo, diberi nama Dar Ashoura. Kemudian pindah ke Gedung Manousakis di Jalan Ratu Nazli 119 yang lebih dikenal dengan Jalan Ramses.

Setelah surat kabar Ashoura terbit pada 1924, kantor Dar Ashoura menjadi tujuan bagi mereka (tokoh) yang melarikan diri dari negerinya karena di bawah pendudukan kolonial atau diperintah rezim otoriter.

Baca Juga: Ribuan Pemukim Yahudi Lakukan Ritual Talmud di Masjid Al-Aqsa

Para politisi dan pencari suaka dari berbagai negara bisa datang dan biasa bertemu di “Dar Ashoura” tanpa harus membuat janji sebelumnya. Mereka semua tahu bahwa pintu kantor redaksi Ashoura buka selama 19 jam setiap hari, mulai pukul 7 pagi sampai 9 malam.

Dari laman eltaher.org disebutkan, banyak tokoh Indonesia yang berkunjung ke Dar Ashoura, yaitu Mohamed Rashidi dan M Zein Hassan, saat mereka datang ke Mesir untuk mencari dukungan kemerdekaan Indonesia pada 1944.

Ada juga Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, ketika berkunjung ke Mesir  dijamu di Dar Ashoura oleh Muhammad Ali Taher.

Bantuan keuangan untuk kemerdekaan Indonesia

Baca Juga: Menteri Ben Gvir ikut Pemukim Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

Muhammad Ali Taher, seperti diungkapkan oleh M Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, pun tak ragu menyerahkan seluruh kekayaannya untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ucapan Muhammad Ali Taher pun menjadi sangat terkenal.

M Zein Hassan, yang diamanahi sebagai Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia dan berperan layaknya duta besar, menceritakan bantuan yang diberikan Muhammad Ali Taher dipicu dari aksi tentara Belanda melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948.

Serangan yang dipimpin Jenderal Simon Hendrik Spoor dalam Operatie Kraai (Operasi Gagak) mengakibatkan Ibu Kota Yogyakarta jatuh ke tangan tentara Belanda.

Bahkan para pemimpin Republik Indonesia, mulai dari Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, hingga Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim ditangkap kemudian diasingkan.

Baca Juga: 26 Tentara Israel Terluka dalam 24 Jam

Melihat kegigihan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, Muhammad Ali Taher tergerak untuk membantu.

Dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, M Zein Hassan menuliskan bahwa Muhammad Ali Taher, tokoh terpandang asal Palestina yang mencintai Indonesia itu, tanpa ragu menarik semua uang yang disimpan di Bank Arabia untuk perjuangan rakyat Indonesia.

“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!” kata Muhammad Ali Taher seraya menyerahkan uangnya tanpa meminta tanda bukti penerimaan.

Usai proklamasi Indonesia merdeka, dukungan Muhammad Ali Taher tak pernah surut. Ketika Delegasi Republik Indonesia pada 9 Juni 1947 atau satu hari sebelum penandatanganan Perjanjian Persahabatan, Hubungan Diplomatik dan Perdagangan Mesir-Indonesia, ia mengadakan resepsi di Semiramis Hotel, salah satu hotel kelas satu di tepi sungai Nil, dia ikut hadir.

Baca Juga: Di Manakah Jenazah Yahya Al-Sinwar?

Pada resepsi itu diputar Film Proklamasi yang telah diubah berbahasa Arab, sehingga memberikan pengertian kepada para pemimpin Arab tentang kenyataan hidup di Indonesia, sejak masa perjuangan hingga merdeka.

M Zein Hassan menuturkan, Muhammad Ali Taher mengatakan kepada hadirin sekelilingnya: “Sungguh-sungguh kita telah menyaksikan kelahiran satu bangsa.” Ucapannya merujuk pada bangsa Indonesia yang baru merdeka saat itu.

Presiden Indonesia pertama Soekarno, menurut situs eltaher.org, pada 1965 berencana mengadakan upacara khusus menghormati dan memberi penghargaan kepada Muhamad Ali Taher atas jasanya. Namun, urung terlaksana karena Presiden Soekarno keburu lengser dari jabatannya. (A/R2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tentara Pendudukan Israel Lakukan Pembantaian Mengerikan di Beit Lahiya

Rekomendasi untuk Anda