Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhammadiyah Ajak Masyarakat Hindari Perdebatan di Media Sosial

Hasanatun Aliyah - Ahad, 28 Februari 2021 - 11:02 WIB

Ahad, 28 Februari 2021 - 11:02 WIB

12 Views

Jakarta, MINA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak masyarakat untuk menghindari perdebatan tiada habis di media sosial dan lebih mengutamakan produktivitas positif.

Media sosial kita sekarang ini membuat kita tidak produktif. Mereka yang di dunia akademik, yang di Muhammadiyah terbiasa membaca itu habis waktu untuk membaca produk-produk whatsapp dan macam-macam itu yang seringkali selain hoaks itu adalah sampah menurut saya,” jelasnya seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Ahad (28/2).

Terjebak dalam perdebatan semu yang tiada akhir menurut Haedar hanya akan membawa umat pada kondisi kontra produktif dan terus tertinggal.

“Padahal ilmu saja itu bisa menghasilkan sesuatu, knowledge is power, ilmu itu menghasilkan kekuasaan. Kekuasaan uang, kekuasaan penghasilan dan lain sebagainya. Tapi bagaimana kita bisa menghasilkan ilmu wong pengetahuan kita itu hasil dari serpihan-serpihan yang sampah yang ada di media sosial. Kita capek kirim ini kirim itu tapi tidak menghasilkan,” imbuhnya.

Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo

“Poin saya adalah ekosistem kita harus kita ciptakan produktif, jadi perhatian saya ke situ sering menyuarakan karena ingin Muhammadiyah makin maju, dan maju ini harus ada hasilnya,” kata Haedar dalam forum Public Expose Lazismu Pusat terkait Hasil Survei Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah, Sabtu (27/2).

Kemajuan umat menurut Haedar hanya akan terbukti jika umat Islam memiliki program-program unggul dengan adanya pendirian pusat-pusat kemajuan (center of excellence) yang tidak bisa diraih hanya melalui berdebat tanpa ujung di media sosial.

“Bahwa perlu amar makruf nahi munkar itu saya pikir sudah DNA kita, tapi soal cara harus perlu ada reorientasi. Jadi orang ketika kita sampaikan kritik dengan argumen yang kuat lalu dengan narasi-narasi konstruktif yang saya pikir juga akan sampai juga,” ujarnya. (R/R5/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Millenia
Indonesia
Internasional
Kolom
MINA Millenia