Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muhammadiyah: Kalender Hijriah Global Tunggal Wujud Pembaharuan Islam

Ali Farkhan Tsani - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Yogyakarta, MINA – Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menegaskan komitmen untuk menerapkan Kalender Hijriah Global Tunggal  (KHGT) sebagai bagian dari pembaharuan Islam, sekaligus memperkuat posisi umat Islam dalam kancah global.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Hamim Ilyas, mengatakan hal itu saat pembukaan Halaqah Nasional Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) di Yogyakarta, Sabtu (19/4).

Acara tersebut menjadi momentum untuk memantapkan implementasi keputusan PP Muhammadiyah Nomor 86/KEP/I.0/B/2025 tentang KHGT, yang akan resmi diberlakukan mulai 1 Muharram 1447 H.

Hamim Ilyas mengungkapkan bahwa keputusan KHGT telah ditetapkan oleh PP Muhammadiyah, meskipun masih dalam tahap penyempurnaan teknis sebelum disebarluaskan.

Baca Juga: Kemenag Libatkan Lebih 5.000 Madrasah dalam Gerakan Penanaman Sejuta Pohon

“Keputusan sudah jelas, hanya belum diedarkan karena masih dalam proses perbaikan teknis. Substansinya sudah final,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa keputusan ini merupakan hasil Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih ke-32 di Pekalongan pada Februari 2024, yang merekomendasikan KHGT sebagai langkah strategis untuk menyatukan kalender Islam secara global.

Menurut Hamim, KHGT tidak hanya bertujuan menyatukan penentuan awal bulan Hijriah, tetapi juga menjadi simbol pembaharuan Islam yang telah menjadi visi Muhammadiyah sejak awal berdirinya. Ia merujuk pada praktik pembaharuan yang dimulai oleh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan, khususnya melalui pelurusan arah kiblat.

“Pembaharuan Islam di Muhammadiyah bukan dimulai dari pendirian organisasi pada 1912, tetapi dari praktik nyata seperti pelurusan arah kiblat,” jelasnya.

Baca Juga: Produk Bersertifikat Halal Mengandung Babi, IHW Desak Penegakan Hukum Tegas

Halaqah tersebut juga menjadi wadah untuk menjawab keberatan terhadap KHGT yang muncul di kalangan umat.

“Ada suara-suara keberatan terhadap KHGT. Melalui halaqah ini, kami ingin menemukan jawaban atas keberatan tersebut agar implementasinya nanti berjalan mulus,” kata Hamim.

Rencana besar Muhammadiyah adalah menggelar Isbat KHGT untuk 25 tahun ke depan pada 29 Zulhijah 1446 H.

Isbat ini akan dilakukan secara internasional dengan format hybrid, mengundang organisasi Islam dari berbagai negara, seperti Dewan Fiqih Amerika Serikat, Dewan Fatwa Eropa, serta negara-negara seperti Turki dan Pakistan yang telah menerapkan konsep serupa.

Baca Juga: Makanan Bersertifikat Halal tapi Mengandung Babi, Ini Nama Produknya

“Kami ingin isbat ini menjadi pernyataan bahwa KHGT adalah kalender global tunggal yang diterima luas,” ujarnya.

Hamim juga menyinggung motivasi di balik penerapan KHGT di negara lain, seperti Pakistan, yang lebih didorong oleh efisiensi anggaran dibandingkan pembaharuan Islam.

“Pakistan menerapkan kalender Islam untuk lima tahun ke depan karena alasan efisiensi anggaran, bukan pembaharuan. Kami di Muhammadiyah melakukannya untuk pembaharuan Islam sesuai rekomendasi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI),” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa KHGT akan diiringi dengan tagline “120 Tahun Pembaharuan Islam”, yang awalnya merujuk pada wafatnya Muhammad Abduh pada 1905, tetapi kemudian disesuaikan dengan praktik pembaharuan Muhammadiyah.

Baca Juga: Starbucks ‘Berdarah’ di Bandung, Aksi Kreatif Serukan Boikot Global

Dalam konteks teologi, Hamim menjelaskan bahwa KHGT merupakan bagian dari upaya Muhammadiyah untuk menghadirkan Islam otentik yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah sahih. Ia merujuk pada definisi Islam dalam dokumen Muhammadiyah, yakni segala perintah, larangan, dan petunjuk Allah yang bertujuan mewujudkan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.

“Ukuran kebaikan hidup dalam Islam adalah kesejahteraan material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi,” katanya.

Halaqah ini juga menjadi awal dari rencana Muhammadiyah untuk menggelar seminar nasional tentang transformasi umat Islam menuju masyarakat 5.0 yang religius. Seminar ini, yang dijadwalkan berlangsung pada Juli 2025 bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), akan membahas fikih modernitas berbasis Surat Al-Asr.

“Kami ingin umat Islam tidak hanya bertahan di era modern, tetapi menjadi masyarakat 5.0 yang religius, menggunakan sumber daya seperti kecerdasan buatan untuk kesejahteraan,” ujar Hamim.

Baca Juga: Ribuan Warga Jabar Ikut Aksi Tolak Pemindahan Warga Gaza

Hamim menekankan bahwa pembaharuan Islam ala Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada KHGT, tetapi juga mencakup transformasi sosial dan ekonomi. Ia membayangkan amal usaha Muhammadiyah di masa depan tidak hanya berfokus pada sosial, kesehatan, dan pendidikan, tetapi juga ekonomi.

“Bayangkan jika setiap ranting Muhammadiyah memiliki perusahaan dengan aset triliunan. Ini akan mengubah wajah umat Islam,” katanya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Prediksi Cuaca di Jabodetabek Berpotensi Hujan Merata

Rekomendasi untuk Anda

Breaking News
Palestina
Indonesia
Breaking News