Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUHAMMADIYAH : SEBAIKNYA TIDAK SHALAT DALAM GEREJA

Septia Eka Putri - Kamis, 20 November 2014 - 12:43 WIB

Kamis, 20 November 2014 - 12:43 WIB

1072 Views ㅤ

Foto : (Ustad Agus Tri Sundani, saat di temui Mi'raj Islamic News Agency di kantor Muhammadiyah, Jakarta)
Foto : (Ustad Agus Tri Sundani, saat di temui Mi'raj Islamic News Agency di kantor <a href=

Muhammadiyah, Jakarta)" width="300" height="199" /> Foto : (Ustad Agus Tri Sundani, saat di temui Mi’raj Islamic News Agency di kantor Muhammadiyah, Jakarta)/Putri. Mirajnews.com

Jakarta, 27 Muharram 1436/20 November 2014 (MINA) – Sekretaris Badan Pembina Harian (BPH) Muhammadiyah, Agus Tri Sundani, mengatakan sebaiknya tidak melaksanakan shalat di dalam katedral atau gereja.

“Toleransi itu ada batas tersendiri, boleh nggak kita shalat di dalam katedral? Kalau kita lihat di zaman Umar Bin Khatab, meskipun orang Kristen memberi seluasnya tempat untuk Umar melakukan shalat di dalam katedral, akan tetapi Umar tetap tidak mau,”  tegas Agus saat ditemui Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (19/11).

Dia mengatakan, justru dengan menghargai umat nasrani kristen, sebaiknya tidak melakukan ibadah di dalam gereja.

“Untuk menghargai mereka, Umar justru solat di depan gereja, bukan di dalam gereja,” ujar Agus menceritakan fakta pada zaman Khalifah Umar.

Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Terminal Bekasi Berlakukan Ram Check Bus

Ia  juga mengatakan, boleh saja shalat di gereja, kecuali gereja yang sudah dibeli, seperti di Amerika, akan tetapi masih ada simbol yang memang sudah dilindungi dan juga gereja itu adalah tempat serbaguna yang biasa digunakan untuk kegiatan acara.

“Saya tegaskan lagi, kalau itu betul suatu gereja, sebaiknya umat Islam tidak melaksanakan shalat disana, karena pada zaman Umar Bin Khatab pun tidak memberikan contoh seperti itu, ” kata Agus.

Agus mengatakan pula, niat pendeta yang beri kesempatan shalat di gereja, itu juga bisa ditafsirkan macam-macam,  bisa saja strategi dia atau memang penghargaan terhadap umat Islam.

“Pernah serombongan nasrani dari Yerusalem  datang ke Madinah, ketika itu Rasulullah sedang shalat Ashar, usai shalat Rasulullah melihat para nasrani melakukan ibadah. Sahabat mau melarang akan tetapi Rasulullah melarang sahabat dan membiarkan mereka melakukan ibadah, karena mereka melakukan hal tersebut di serambi sekitar masjid bukan di dalamnya,” papar Agus.

Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan

Agus memaparkan, dari riwayat nabi dan sahabat tersebut, kita tidak dibenarkan shalat didalam katedral atau gereja.

“Apakah tidak ada tempat lain selain dalam gereja? hal ini khawatir jadi toleransi  yang disalahgunakan. Bagaimana kalau nanti umat kristen juga minta kepada diizinkan  untuk melakukan ibadah di Masjid, lalu bagaimana ? Apa yang dicontohkan Rasulullah dan Umar lah yang harus kita pegang,” katanya.

“Toleransi ada batasnya, ” ujar Agus. (L/P007/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia

Rekomendasi untuk Anda