Muhsin Syihab: Peringatan 75 Tahun Hari Nakbah Momen Persatuan Palestina

Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antar-Lembaga Muhsin Syihab dalam sambutannya mewakili Menlu RI pada Peringatan 75 Tahun Nakba yang digelar Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Jumat (19/5/2023).(Abdullah/MINA)

Jakarta, MINA – Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antar-Lembaga Muhsin Syihab, menyampaikan pada Peringatan 75 Tahun menjadi momen menegaskan kembali dukungan dan Indonesia yang tak henti kepada pemerintah dan rakyat dalam perjuangan rakyat untuk mencapai kemerdekaannya.

Muhsin juga menyatakan, Peringatan Hari Nakbah ini sebagai momen untuk mempersatukan seluruh komponen Palestina.

“Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pesannya. Peringatan ini harus menjadi momentum untuk menghidupkan kembali dukungan terhadap perjuangan Palestina,” kata Muhsin Syihab, dalam sambutannya mewakili Menlu RI pada Peringatan 75 Tahun yang digelar Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Jumat (19/5).

Dia menegaskan, Indonesia siap mendukung rakyat Palestina dalam mencapai haknya yang tidak dapat dicabut. “Bagi Indonesia, mewujudkan negara Palestina yang berdaulat dan merdeka sudah menjadi amanat konstitusi kita,” tegas Muhsin.

Baca Juga:  Ekstrimis Yahudi akan Kibarkan 500 Bendera Israel di Al Aqsa

Dia mengatakan, komitmen Indonesia yang kuat untuk perjuangan kemerdekaan Palestina dilakukan di berbagai forum internasional, termasuk di Dewan Keamanan dan Komisi HAM

“Kami akan terus melakukannya, hingga Palestina mencapai kemerdekaannya,” katanya.

Indonesia sebagai mitra lama bagi rakyat Palestina dan siap untuk terus memperluas berbagai dukungan peningkatan kapasitas serta bantuan kemanusiaan.

“Kami akan menyerukan kepada semua Komunitas Internasional untuk melakukan hal yang sama. Itu tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.

Muhsin mengatakan, 75 tahun yang lalu dunia menyaksikan tragedi mengerikan di mana ratusan ribu warga Palestina diusir secara paksa dari tanah air mereka sendiri pada 1948.

“Sedihnya, 75 tahun setelah Nakba, rakyat Palestina masih menderita akibat berbagai penindasan dan ketidakadilan. Nyatanya dengan banyaknya krisis yang terjadi di dunia saat ini, isu Palestina seolah dikesampingkan dan diletakkan di belakang layar,” ujarnya.

Baca Juga:  Hamas Setujui Proposal Genjatan Senjata Dimediasi Qatar-Mesir

Tahun demi tahun, pendudukan terus berlanjut, berbagai tindakan ilegal terus dilakukan, perluasan yang merangsang kekerasan, kebijakan hukuman dan penolakan hak-hak ekonomi, blokade dan pembatasan.

“Kita membutuhkan tindakan nyata dan berdampak untuk mengakhiri pendudukan dan bergerak menuju solusi damai. Kita juga harus memastikan bahwa otoritas pendudukan () menghentikan tindakan ilegalnya yang terang-terangan melanggar hukum internasional,” pungkasnya.

“Demi kemanusiaan, biarlah ini menjadi pengingat bahwa kita harus terus melipatgandakan upaya kita sampai rakyat Palestina menikmati perdamaian yang adil dan abadi, bebas dari pendudukan dan penindasan,” tambah Muhsin.

Kata “Nakba” berarti “malapetaka” dalam bahasa Arab, dan merujuk pada pembersihan etnis sistematis terhadap dua pertiga populasi Palestina pada saat itu oleh paramiliter antara 1947-1949 dan penghancuran hampir total masyarakat Palestina.

Baca Juga:  Forum Rektor PTMA Dukung Pemerintah Tolak Hubungan Diplomatik dengan Israel

Data dari Biro Pusat Statistik Palestina mencatat, setidaknya 975 ribu warga Palestina diusir secara paksa oleh zionist Israel dari kampung halaman mereka, 531 desa dihancurkan, dan 51 titik pembantaian dilakukan yang menewaskan lebih dari 15 ribu rakyat palestina. Karena itulah hari ini disebut sebagai hari malapetaka atau yang disebut dengan Nakba.

Peristiwa Nakba mengarah pada tragedi pengusiran massal dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, kota-kota, dan pedesaannya di bawah tangan para pemukim ekstrimis Yahudi dan milisi Zionis.

Pembantaian terjadi di desa-desa Palestina, saat milisi Zionis melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga yang tak bersenjata dan menguburkannya secara massal. Diperkirakan, sekitar 15.000 warga Palestina tewas, dan lebih dari 750.000 lainnya harus lari dari rumah mereka dan hidup sebagai pengungsi.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.