Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUI AKAN GELAR KONGRES UMAT ISLAM INDONESIA BAHAS ISU-ISU STRATEGIS

kurnia - Jumat, 9 Januari 2015 - 06:33 WIB

Jumat, 9 Januari 2015 - 06:33 WIB

973 Views ㅤ

Konferensi Press MUI Pusat Jakarta Bahas Kongress Umat Islam Indonesia di Jogjakarta (Foto : Hudzaifah MINA)
Konferensi Press <a href=

MUI Pusat Jakarta Bahas Kongress Umat Islam Indonesia di Jogjakarta (Foto : Hudzaifah MINA)" width="300" height="199" /> Konferensi Press MUI Pusat Jakarta Bahas Kongress Umat Islam Indonesia di Yogjakarta (Foto : Hudzaifah MINA)

Jakarta, 17 Rabi’ul Awwal 1436/8 Januari 2015 (MINA) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke enam pada 8-11 Februari mendatang. Ketua MUI, Din Syamsuddin mengatakan, Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) bahas isu sosial politik dan budaya yang bertujuan penguatan umat Islam

Menurut Din Syamsuddin, perkembangan kondisi umat Islam Indonesia terkini justru terkesan menjadi entitas yang tertinggal, harapan umat Islam bisa dipersatukan untuk mewujudkan kondisi umat yang rukun bersatu dan bersahaja

“Umat Islam Indonesia tetap menjadi pilar utama penjaga komitmen kehidupan bangsa yang berdasarkan Pancasila UUD 1945. NKRI dan Ghinneka Tunggal Ika itulah tantangan dalam penguataan politik.” kata Din Syamsuddin pada konferensi press di kantor MUI Pusat. Jakarta. Kamis

Ia mengemukakan pula, isu penguatan peran ekonomi umat Islam terlihat dari kontribusi dan totalitas umat dalam merintis berdirinya NKRI maka selayaknya sudah dapat dirasakan dalam pembangunan ekonomi nasional secara maksimal.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan

Namun, katanya, realita menunjukan justru umat Islam tertinggalkan dalam sistem ekonomi nasional yang kurang berpihak kepada pemberdayaan masyarakat Islam.

Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI, Slamet Effendy Yusuf, menambahkan, potensi ekonomi sebetulnya sangat besar, tetapi  menjadi terpinggir sehingga mayoritas umat Islam di Indonesia menjadi masyarakat ekonomi marginal terjebak dalam klaster ekonomi konsumen, bukan produsen.

“Jika kondisi ini terus dibiarkan maka akan kontraproduktif dengan tuntunan Islam yang menghendaki agar umat Islam menjadi umat yang produktif bukan umat yang lemah. Semakin terdesak oleh pembangunan fasilitas publik yang bercirik hedon dan konsumeristik,” katanya.

Ia mengatakan lebih lanjut, semakin kaburnya identitas keislaman di daerah-daerah yang idealnya spiritual Islam dominan, berganti dengan fasilitas hedon.

Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online

Hal tersebut sudah terjadi di perkotaan hingga mengerus daerah pedesaan motifnya mulai dari proyek real esate, pembangunan hyper market kawasan industri akibatnya fungsi univeristas sebagai pusat kaderisasi pendidikan umat Islam pun semakin hilang juga.

“Sementara jika Islam tidak tegas dalam hal penguatan identitas, maka simbol-simbol peradaban Islam baik yang fisik maupun spiritual akan semakin hilang”. tegas Slamet.

Kerukunan dan persatuan Islam di Indonesia meningkatkan martabat dan kekuataan umat Islam dan sekaligus menjadi garda depan komitmen berbangsa dan bernegara Indonesia dimaknai sebagai sebuah agenda memperkokoh peran politik, ekonomi dan budaya. (L/P002/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

 

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Kolom
Indonesia
Kolom
Indonesia