Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional
Terkait dengan pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang diselenggarakan di Jeddah Senin (25/4) kemarin, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan apresiasi.
Apresiasi MUI juga disampaikan kepada Duta Besar Eko Hartono sebagai wakil tetap Indonesia untuk OKI yang telah menunjukkan sikap tegas dan pembelaan kuat pemerintah Indonesia terhadap perjuangan untuk kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina.
Bagi MUI, sebagaimana yang sudah sering dinyatakan sebelumnya, perjuangan bangsa Palestina adalah merupakan perjuangan abadi sepanjang pemerintah Zionis Israel masih menunjukkan kecongkaannya melakukan aneksasi, genosida, menerapkan politik apartheid serta tidak menghentikan penjajahannya terhadap Palestina.
Baca Juga: Media Ibrani: Netanyahu Hadir di Pengadilan Atas Tuduhan Korupsi
Israel adalah pemerintah yang paling brutal yang secara terus menerus hingga abad XXI ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, agama, budaya dan hukum internasional. Tindakan-tindakan negara jumawa Israel ini harus dihentikan melalui berbagai cara dan dilakukan oleh elemen masyarakat internasional.
Isu Israel-Palestina bukan isu lokal dan bukan juga konflik politik lokal. Akan tetapi ini merupakan tragedi dan sejarah kelam politik dan kemanusiaan dan bahkan agama yang sangat menyayat yang dipertontonkan secara global.
Menangani Israel-Palestina sama sekali tidak cukup melalui kutukan akan tetapi harus ada langkah-langkah pasti dan kongkrit yang dilakukan secara terus menerus oleh sebuah kerjasama global, a global friendship and alliance yang efektif sehingga Israel benar-benar tak berdaya dan menghentikan seluruh tindakan kotor.
MUI bersetuju dengan sejumlah keputusan penting yang dihasilkan dalam pertemuan luar biasa OKI. MUI memandang, bagi bangsa Indonesia dan harusnya juga bagi negara-negara anggota OKI lainnya, perjuangan untuk membela Palestina harus terus dilakukan dengan mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan rakyat Palestina.
Baca Juga: Hamas Sayangkan Terbunuhnya Pejuang Perlawanan di Tepi Barat, Serukan Faksi Palestina Bersatu
Masih banyak dan besar hambatan yang dihadapi untuk terwujudnya Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka. Antara lain ialah pertentangan faksional Palestina Hammas-Fatah yang belum terselesaikan, lemahnya persatuan negara-negara Timur Tengah, dukungan kuat Amerika yang antara lain ditunjukkan melalui veto di sidang Dewan Keamanan PBB. Ini obstacles yang cukup serius yang harus menjadi perhatian internasional.
Sehubungan dengan itu dukungan negara-negara OKI, misalnya, haruslah benar-benar kongkrit, efektif dan berdampak kuat bagi penghentian imperialisme Israel. Misalnya menghentikan kegiatan impor barang-barang produk Israel.
Boikot terhadap produk Israel ini penting dilakukan oleh semua negara-negara anggota OKI. Butuh keberanian, ketabahan dan konsolidasi. Di samping itu, langkah untuk mereview hubungan diplomatik dengan Israel yang dilakukan oleh negera-negara anggota OKI yang selama ini telah melakukan normalisasi hubungan diplomatik juga sebuah langkah penting dan patriotik dan akan sangat membentuk penyelesaian Israel-Palestina dan penciptaan perdamaian.
Langkah lain yang sangat penting dilakukan ialah dukungan dari negara-negara anggota PBB untuk melakukan tekanan terhadap zionis Israel. Namun demkian, berkaca kepada pengalaman, maka harus diyakinkan agar Amerika tidak lagi menggunakan veto. Upaya-upaya diplomatik untuk meyakinkan Amerika dengan demikian juga sangat penting agar Amerika bersedia merubah cara pandang dan politik luar negerinya supaya lebih lebih fair, adil dan benar-benar diorientasikan kepada pembelaan terhadap kemanusiaan dan perdamaian.
Baca Juga: Penjajah Israel Serang Sejumlah Desa dan Kota di Tepi Barat
Ini memang sulit akan tetapi harus dilakukan. Indonesia bisa memainkan peran penting. PBB harus jauh lebih demokratis dan berdaya supaya berbagai keputusan penting yang menyangkut masa depan Palestina benar-benar mendapatkan jaminan dan pengawalan yang lebih pasti. Salah satu letak kuncinya ialah Amerika dan negara-negara lain pemegang veto. (AK/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: WHO: Serangan Bertubi-tubi Israel ke RS Kamal Adwan Tak Dapat Diterima