Jakarta, 29 Dzulqa’dah 1437/1 September 2016 (MINA) – Komisi Pengembangan Al-Quran dan Pemberdayaan Masjid MUI Provinsi Bali Khomsun Imtihan mengatakan, umat Islam yang jumlahnya minoritas di Bali selalu terbuka dengan penganut agama lain.
“Bali mungkin menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang antar umat beragamanya bisa hidup berdampingan dengan cukup baik,” kata Khomsun kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (1/9).
Khomsun menilai, kehidupan antar umat beragama di Bali berjalan cukup baik, di mana yang minoritas tidak mengganggu yang mayoritas dan yang mayoritas juga bisa menyayangi yang minoritas.
Hal itulah yang membuat kehidupan antar umat beragama dapat berjalan dengan baik sampai saat ini, katanya.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
Memang, kata Khomsun selanjutnya, perbedaan itu ada, namun tidak sampai kepada hal-hal yang kurang baik apalagi sampai berbuat anarkis.
“Penganut Islam di Bali kebanyakan adalah penduduk luar Bali yang menetap di sana sejak zaman kerajaan, sedangkan mayoritas penduduk aslinya tetap beragama Hindu dan Budha serta sebagian ada pula yang mualaf berpindaj memeluk agama Islam,” ujarnya.
Menurut dia, diskriminasi yang biasa terjadi di kalangan minoritas juga sudah mulai berkurang di Bali, larangan pemakaian jilbab yang pernah ada juga sudah tidak sepeti dulu lagi.
“Secara ajaran agama sebenararnya tidak ada masalah, hanya saja terkadang toleransi yang cukup baik ini diganggu oleh kepentingan politik yang mengatasnamakan agama serta adanya pergeseran pemikiran masyarakat dari tidak hedonis menjadi hedonis, dari tidak materelialistis menjadi materelialistis, yang terjadi seiring perkembangan zaman.”
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
“Hal tersebut juga turut mempengaruhi kerukunan umat beragama,” pungkas dia. (L/ima/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal