Jakarta, MINA – Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (Infokom MUI) Pusat bersama Institut Leimena menggelar Sarasehan Jurnalis Lintas Agama, Rabu (14/7).
Kegiatan dengan tema “Peran Media Keagamaan dalam Mewujudkan Harmonisasi Keberagaman” ini secara virtual Zoom.
“Dalam pembukaan akan dilakukan mengheningkan cipta sekaligus doa bersama bagi pasien Covid-19 yang telah meninggal dunia dan para penyitas yang kini tengah berjuang melawan Covid-19 agar segera diberikan kesembuhan,” demikian Ketua Komisi Infokom MUI Pusat Mabroer MS mengatakan, Selasa (13/7).
Insititut Leima mengambil nama dari tokoh nasional dr Johannes Leimena yang beragama Kristen Protestan asal Maluku. Ia pernah menjabat Wakil Menteri Pertama II dan Menteri Kesehatan di masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal
Mabroe mengatakan, media keagamaan (religious media) menjadi penting karena berperan besar ikut membangun literasi keagamaan dalam masyarakat. Hal ini seiring perkembangan teknologi, pengaruh media keagamaan tidak lagi terbatas pada umat masing-masing, tetapi hingga ke masyarakat luas.
Menurut Mabroer, melalui literasi keagamaan ini media dapat membangun kapasitas seseorang untuk mampu bekerjasama dengan orang yang berbeda agama. “Tanpa mengurangi, bahkan dapat memperkuat iman ,” katanya.
Mabroer mengambil contoh, misalnya, Islam Wasathiyah yang dikumandangkan oleh Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah.
Lanjut Mabroer, pemahaman ini penting diangkat dalam berbagai media keagamaan Islam, antara lain dalam menghadapi pandangan-pandangan intoleran yang mengatasnamakan Islam.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
“Bagi umat beragama lain apabila wajah Islam yang ditampilkan dalam media keagamaannya adalah Islam Wasathiyah, yang terbuka terhadap perbedaan, tentu akan ikut meruntuhkan stereotip negatif yang dibangun oleh kelompok-kelompok intoleran,” ujarnya.
“Dengan demikian, berbagai media keagamaan ini ikut membangun pola pikir dan persepsi yang positif antar umat beragama untuk dapat mempererat relasi dan kerjasama,” ujar Mabroer.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho mengharapkan, sarasehan jurnalis ini dapat menjadi titik awal dialog yang menghasilkan kumpulan gagasan dan permasalahan utama untuk dibahas dalam rangkaian dialog selanjutnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat relasi dan jejaring jurnalis lintas agama dalam upaya meningkatkan literasi keagamaan yang toleran dan damai dalam masyarakat kita yang majemuk. “Agar tercipta keberagaman yang harmonis demi kemajuan peradaban manusia,” katanya.
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
Akan hadir dalam sarasehan ini Wakil Ketua Umum MUI Dr KH Marsudi Syuhud MA, Ketua MUI Bidang Infokom KH Masduki Baidlowi MSi, Sekjen PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti, Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia Pdt Dr Henriette T Hutabarat-Lebang, Tokoh Konghucu Js Kristan, Penasehat Life Channel MNC Jessica Tanoesoedibjo, program manager DAAI TV Paulus Florianus, dan Wakil Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 Yosep Adi Prasetyo. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!