Jakarta, MINA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam konten yang menggambarkan Hari Pertama di Neraka menggunakan artificial intelligence (AI). Konten yang menimbulakan kontroversi masyarakat khususnya umat Islam.
Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom), KH Masduki Baidlowi menyayangkan konten tersebut dianggap membuat heboh masyarakat dan menimbulkan kontroversi hingga rasa permisif terhadap agama.
Menurut Kiai Masduki, penggambaran neraka dalam video tersebut seolah-olah membuatnya terlihat tidak serius dan berbahaya, Kami (19/6).
MUI juga menyoroti adanya video AI lain yang menggambarkan Ka’bah sebagai sarang LGBT, yang merupakan penistaan agama dan sangat meresahkan.
Baca Juga: Tim SAR Gabungan Temukan Titik Terang Lokasi Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya
Ia menekankan bahwa AI memiliki dua sisi, yaitu sisi terang dan sisi gelap. Sisi terang AI dapat menjawab banyak pertanyaan, terutama bagi mahasiswa, pelajar, dan orang awam yang tidak tahu tentang masalah umum dan keagamaan.
Namun, Masduki juga menggarisbawahi sisi gelap AI, yaitu ketidakmampuannya membedakan antara ajaran agama yang benar dan tidak benar.
AI tidak dapat membedakan antara ekstremis dan moderat, sehingga semua informasi dapat masuk tanpa filter. Oleh karena itu, Kiai Masduki menekankan pentingnya memiliki guru yang dapat membimbing dan memberikan klarifikasi tentang substansi konten AI.
Menurut Masduki, belajar agama harus bersanad, artinya memiliki silsilah keguruan yang jelas. Jika hanya belajar melalui AI, maka agama dapat menjadi seperti hutan belantara yang tidak terstruktur.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Kamis Ini Berawan, Sebagian Berpotensi Hujan Ringan
Ia juga mengimbau penikmat AI untuk pandai menimbang dan mengkritisi konten-konten yang ada.
Kontroversi ini menunjukkan bahwa masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menggunakan AI, terutama dalam hal keagamaan. MUI sendiri telah mengkaji strategi kecerdasan artifisial untuk dakwah Islam dan menekankan pentingnya memanfaatkan AI untuk kepentingan dakwah dan mempermudah mencari solusi keagamaan.
Penggunaan AI dalam dakwah dapat membantu mengenali karakter objek dakwah dan membuat strategi dakwah yang efektif. Namun, perlu diingat bahwa AI harus digunakan dengan bijak dan tidak menggantikan peran manusia dalam beragama.
Dalam menghadapi tantangan AI, MUI berharap masyarakat dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan efektivitas dakwah dan tidak terjebak dalam konten-konten yang meresahkan dan tidak akurat. []
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Membaik, Mencapai Pada Level 89 AQ
Mi’raj News Agency (MINA)