Ia mengutip Ahmad Ibn Faris dalam karyanya Maqayis Al-Lughah yang mengemukakan dua makna. Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh seseorang. Kedua, syukur bermakna penuh atau lebat.
“Dua makna tersebut korelatif dengan sikap manusia yang ridha dan puas atas nikmat Allah, baik banyak maupun sedikit,” ujar Amirsyah.
Ia mengatakan, rakyat Indonesia wajib bersyukur atas nikmat kemerdekaan saat ini, meskipun, pandemi Covid-19 yang telah memasuki tahun kedua.
Ia berpesan bahwa dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bukan hanya dibutuhkan semangat dan optimisme.
“Melainkan juga mampu memahami dan memberikan solusi terhadap permasalahan pokok yang tengah dihadapi bangsa,” jelasnya.
Amirsyah menjelaskan, dua permasalahan pokok yang menjadi tantangan bangsa Indonesia.
Pertama, kemandirian bangsa tengah menghadapi ujian yang cukup berat, terutama dalam mempertahankan kemandirian ekonomi dari pengaruh kapitalisme dan liberalisme saat ini, dampaknya dirasakan masyarakat menengah ke bawah.
Kedua, pentingnya keteladanan di tengah langkanya keteladanan, miskin tuntunan di saat maraknya korupsi. Pentingnya keteladanan berkata jujur, di saat banyaknya berita fitnah, hoax, dan adu domba (namimah).
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Oleh sebab itu, Amirsyah mengajak segenap kompenan bangsa untuk memaknai kemerdekaan dengan rasa syukur.
“Semoga Allah menambah nikmat kemerdekaan ke-76 RI. Semoga Allah menyelamatkan bangsa Indonesia dari marabahaya,” imbuhnya. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah