Jakarta, 17 Syawal 1434/24 Agustus 2013 (MINA) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) bekerjasama mengadakan Konferensi Muslim dan Konghucu (The Islam and Confucian Summit 2013) yang pertama di dunia, 23-25 Agustus di Jakarta Utara.
Dihadiri oleh perwakilan MUI dan MATAKIN dari seluruh Indonesia, acara di mulai dengan jamuan makan malam, Jumat. Rencananya acara utama akan dibuka oleh Wakil Presiden RI Boediono, Sabtu.
Hadir pula tokoh-tokoh Khonghucu dari berbagai negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Taiwan, Peru, Hongkong dan lainnya.
Latar belakang acara ini diadakan, Ketua MUI Slamet Efendi Yusuf mengatakan bahwa salah satunya karena di dunia sekarang banyak konflik yang bernuansa agama.
Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis
“Kita melihat dunia sekarang ini, terlalu banyak konflik yang nuansa agamanya kuat, konflik-konflik politik yang kemudian di baliknya ada konflik agama,” kata Ketua MUI kepada wartawan Mi’raj News Agency (MINA).
Menurut Ketua PBNU periode 2010-2015 itu, umat Islam harus mengembalikan tesis bahwa agama dengan kemulian konsepnya, perbaikan kaidah-kaidahnya dan kedalaman kemanusiaannya, justeru harus membangun dialog antara umat beragama.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag Abdul Fatah, mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak bisa bekerja sendiri-sendiri dan tidak mungkin mengkotak-kotakkan dirinya sendiri-sendiri.
“Acara ini untuk meminimalisir miss komukasi yang bisa menimbulkan kesalahpahaman antara umat Islam dan umat Khonghucu,” kata Abdul Fatah.
Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia
Menurut Abdul Fatah, umat Islam harus membantu umat Khonghucu yang selama 32 tahun terpinggirkan.
“Sekarang baru mulai dilayani lagi oleh pemerintah sehingga butuh perlindungan supaya hangat sebagai warga negara Indonesia,” tambah Abdul Fatah.
Sementara itu, Ketua Umum MATAKIN Wawan Wiratma mengatakan bahwa selama ini hubungan Konghucu dengan Muslim sangat baik, ini juga terjadi di dunia internasional.
“Mari kita coba gali nilai-nilai apa yang bisa membuat kita sama-sama harmonis dan kita tunjukkan kepada dunia internasional bahwa di Indonesia kita hidup bedampingan secara harmonis,” kata Wawan.
Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda
“Tujuan diadakannya adalah untuk membawa pesan-pesan perdamaian, dialog-dialog peradaban. Semoga ini bisa diikuti oleh majelis-majelis yang lain.” (L/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Angkatan Kedua, Sebanyak 30 WNI dari Suriah Kembali ke Tanah Air
Baca Juga: Antisipasi Macet saat Nataru, Truk Barang akan Dibatasi Mulai 21 Desember