Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUI Perlu Adakan Kongres Film Islami Dunia

kurnia - Selasa, 22 November 2016 - 09:50 WIB

Selasa, 22 November 2016 - 09:50 WIB

752 Views ㅤ

Jakarta, 21 Shafar 1438/21 November 2016 (MINA) – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni dan Kebudayaan KH Sodikun mengatakan pihak perlu mengadakan kongres film Islami sedunia.

“Kita berharap sineas- sineas Muslim ini, menjadi pejuang yang mengawal budaya sedunia, karena film pendek Islami adalah agenda Komisi Seni Budaya Islam (KSBI) MUI,” kata Sodikun di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Senin (21/11). “Sebagaimana hasil dari Musyawarah Nasional MUI di Surabaya dengan bermaksud pengayoman umat dan penjagaan umat.”

Menurutnya, perlu membangun budaya perfilman yang Islami di Indonesia. Ke depan agenda ini akan melibatkan negara-negara lain untuk kebaikan umat sedunia.

“Kita juga perlu mengadakan kongres film Islami sedunia. Harapannya dari sineas Muslim ini menjadi pejuang yang mengawal budaya sedunia,” katanya.

Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional

Ia mengungkapkan, film pendek antarpesantren sudah 100-an film dari pesantren se-Indonesia.

“Itu bisa dijadikan jaringan se-Indonesia. Kita bangun komunitas film Islami untuk membangun peradaban ke depan,” tambahnya.

Sementara Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menilai “masa emas” anak-anak Muslim sangat dipengaruhi oleh film-film kartun, karenanya MUI juga harus membidik tentang semangat anak-anak dalam menonton film.

“Sebab, apa yang ditonton anak-anak sangat membekas pada dirinya. Indonesia sangat subur terhadap sekulerisasi dan liberalisasi pemikiran. Indonesia menjadi pintu masuk perubahan dunia Islam,” kata Anwar.

Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan

Anwar membandingkan dengan di Pakistan dan Malaysia. Berdasarkan penelitian, di Pakistan sekulerisasi dan liberalisasi terhalang oleh budaya. Sementara di Malaysia terproteksi oleh pengaruh Al Azhar dan UU negara Malaysia.

Ia menilai, Indonesia sangat memungkinkan menjadi pintu gerbang utama sekulerisasi dan liberalisasi. Di Indonesia kualitas keislamannya tidak sebanding lurus dengan jumlah umat Islam yang ada sebagai mayoritas. (L/P002/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia