Jakarta, MINA – Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara terkait video viral seorang perempuan yang mengaku sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) di Jerman.
Dalam video tersebut, perempuan itu menuduh Indonesia dan umat Islam tidak menjunjung tinggi toleransi, bahkan menyebut Al-Qur’an mengajarkan kekerasan kepada non-Muslim.
Ketua Komisi HLNKI MUI, Bunyan Saptomo menegaskan tuduhan tersebut sebagai fitnah kejam yang tidak berdasar. Menurutnya, fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara paling toleran di dunia.
“Indonesia sangat menjamin persamaan hak bagi semua agama dan suku. Hari libur nasional saja diberikan untuk semua agama, sementara di banyak negara Eropa, umat Islam tidak mendapat hari libur keagamaan resmi,” kata Bunyan melalui saluran YouTube MUITV, Kamis (15/5).
Baca Juga: Peringati 77 Tahun Peristiwa Nakba, Rumah Zakat Aceh Gelar Aksi Solidaritas untuk Palestina
Selain itu, ia menyoroti perbedaan situasi politik di Indonesia dengan beberapa negara Barat.
“Tidak ada partai atau tokoh politik di Indonesia yang terang-terangan membawa agenda rasis atau anti-agama tertentu. Ini bukti nyata komitmen negara dan masyarakat dalam menjaga toleransi,” tegasnya.
Soal tudingan bahwa Alquran memerintahkan kekerasan, Bunyan menyebut itu sebagai tuduhan sesat dan menyesatkan. Ia menegaskan, justru Alquran mengajarkan bahwa membunuh satu nyawa sama saja dengan membunuh seluruh umat manusia.
“Kalau tudingan itu benar, di Indonesia tentu tidak akan ada umat agama lain. Faktanya, lebih dari 13 persen warga Indonesia menganut agama non-Islam,” jelas Bunyan.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akan Diguyur Hujan Sore Hari Ini
Terkait isu Islamisasi di Eropa melalui pernikahan, kebudayaan, dan imigrasi, Bunyan menyebut hal itu sepenuhnya sah di negara-negara Eropa.
Menurutnya, yang justru tidak sah adalah sejarah gelap Reconquista di Spanyol, saat umat Islam dibantai dan diusir dari negeri itu.
“Alhamdulillah, saat ini umat Islam di Eropa mulai berkembang lagi seiring kebebasan yang ada,” ujarnya.
Bunyan juga menduga, video tersebut dibuat demi kepentingan pribadi sang perempuan untuk memuluskan proses kewarganegaraannya di Jerman.
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Membaik, tapi Masih Berisiko bagi Kelompok Rentan
Ia membandingkan kasus ini dengan sejumlah WNI di Amerika Serikat yang dulu menggunakan narasi kerusuhan Mei 1998 demi memperoleh suaka politik.
“Sayangnya, demi tujuan pribadi, dia tega menggunakan isu agama dan menjelekkan bangsanya sendiri,” kata Bunyan.
Di akhir pernyataannya, Bunyan berharap nilai-nilai toleransi dan perdamaian antarumat beragama terus terjaga, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.
“Mudah-mudahan di dunia kita bisa terus mengembangkan perdamaian dan toleransi antarumat beragama,” pungkasnya. []
Baca Juga: Prabowo di Parlemen OKI: Perjuangan Palestina Makin Kuat Jika Dunia Islam Bersatu
Mi’raj News Agency (MINA)