MUKERNAS MUI FOKUS PERBAIKAN AKHLAK BANGSA DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

Wasekjen MUI K.H. Natsir Zubaidi (Foto: Rana/mirajnews.com)
Wasekjen MUI K.H. Natsir Zubaidi (Foto: Rana/mirajnews.com)

Jakarta, 12 Syawwal 1435/8 Agustus 2014 (MINA) – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) K.H. Natsir Zubaidi mengatakan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) MUI diagendakan membahas dua agenda penting yaitu perbaikan akhlak bangsa dan pemberdayaan .

Dua agenda penting Mukernas sekaligus Milad MUI ke-39 yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada 12-14 Agustus mendatang itu, merupakan rekomendasi pada Konferensi Umat Islam Indonesia beberapa tahun lalu.

“Perbaikan akhlak bangsa mempunyai dua program unggulan, yaitu kaderisasi ulama dan pendidikan,” kata Natsir kepada wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Kantor MUI, Jakarta, Jumat.

Dengan dua program unggulan itu, Natsir berharap umat Islam bisa menjawab tantangan ke depan. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan Training of Trainer (ToT) Kader Ulama.

Dia mengharapkan melalui ToT kader ulama dapat menelurkan kader-kader dai Indonesia yang memiliki kompetensi dakwah dalam konteks totalitas, komprehensif, dan tidak sporadis, mengingat wilayah Indonesia cukup luas.

Menurut Natsir, saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kader ulama, meskipun banyak pesantren dan sejumlah lembaga pendidikan Islam.

“Banyak memang pembangunan gedung-gedung pendidikan, tetapi kaderisasi ulama masih perlu ditingkatkan,” katanya.

Dia menjelaskan dakwah Islam di Indonesia harus dimaksimalkan melalui lembaga-lembaga pendidikan, pesantren dan masjid.

Dalam skala global, kader dai dapat dimanfaatkan pula untuk dakwah ke mancanegara, seperti ke negara-negara kawasan Eropa, yang memang memerlukan dai-dai muda, ujarnya, yang belum lama mengunjungi komunitas muslim di Bulgaria.

Perkembangan Islam di sana cukup menggembirakan, hanya perlu sentuhan dakwah, dan Indonesia mempunyai potensi untuk itu.

“Sehingga dapat menjawab problematika global juga, seperti bagaimana menanggapi keberadaan ISIS saat ini,” imbuhnya.

Menurutnya, ISIS merupakan gerakan yang mengatasnamakan Islam, namun ditempuh dengan cara kekerasan, bukan original Islam lagi.

Padahal Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, sistemnya kaffah (menyeluruh), totalitas dan komprehensif, tidak sporadis.

Adapun agenda pemberdayaan ekonomi umat, kata Natsir, Mukernas mendorong adanya pusat-pusat inkubasi dalam dunia kewirausahaan, misalnya dalam konteks membantu pencarian dana untuk modal dengan cara menghubungkan kepada sejumlah lembaga keuangan.

Tidak hanya itu, MUI juga ingin mendorong agar mereka memperoleh pendidikan bagaimana menjadi wirausahawan.

“Kami akan terus dampingi agar mereka bisa berkembang, agar mereka menjadi tangan di atas, mampu memberikan kontribusi kepada kesejehteraan umat, ” paparnya.

Timbulnya tindak kekerasan antara lain karena tidak adanya keadilan, baik dalam bidang sosial, politik, pendidikan dan kesejahteraan.

Konsolidasi Badan Otonom

Wasekjen MUI K.H. Natsir Zubaidi mengatakan, agenda secara internal adalah membahas konsolidasi MUI serta standardisasi dan sertifikasi manajemen ormas-ormas Islam.

“Perlu ada standardisasi dan kompetensi pengurus, standarisasi organisaasi dan administrasi, bukan untuk membatasi  tetapi meningkatkan kualitas,” ujarnya.

Antara lain menurutnya, perlunya penyelesaian status badan hukum dan posisi nomenklatur MUI yang selama ini belum diketahui.

“Selama ini badan hukum MUI ada yang masih dipertanyakan, sehingga secara administratif cukup merepotkan di daerah,” kata Natsir.

Dengan adanya SK dari Kemenkumham, tentu saja akan memberikan alat bagi pengurus daerah untuk membuat posisi tawar agar membantu mendapatkan porsi dari APBD.

Adapun sertifikasi, bukan untuk pengamanan, tetapi meningkatkan profesionalisme organisasi, seperti pemberdayaan kantor, adanya pengurus aktif, dan jaringan yang luas.

Kalau dalam manajemen perusahaan, ada semacam penilaian ISO, misalnya bagaimana dakwah ke depan harus lebih terukur dan berorientasi pada manajemen waktu, wal-asri, imbuh Natsir yang pernah mengadakan studi perkembangan Islamic Center di Washington.

Sejumlah agenda penting juga sedang digodog oleh panitia, di antaranya menyangkut pola hubungan MUI dengan sejumlah badan otonom (Banom) di lingkungan MUI, seperti Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Makanan (LPPOM), Badan Arbitrase Syariah, Dewan Syariah Nasional dan Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan SDA.

“Konsolidasi antar lembaga dirasa penting karena di antara Banom MUI banyak yang belum saling mengenal baik secara pribadi mau pun dalam konteks hubungan antara lembaga,” katanya.

Diharapkan nantinya aka nada kesepakatan terkait pola hubungan pengurus MUI dengan Badan Otonom.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan memberikan Sambutan sekaligus Peresmian Pembukaan Rakernas, pada Rabu (13/8).

Sejumlah materi pleno yang diagendakan adalah materi Pembangunan Kehidupan Keagamaan dan Perbaikan Akhlak Bangsa oleh Menteri Agama, H.Lukman Hakim Saifuddin, Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Perbaikan Akhlak Bangsa (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. H.H. Nuh),  dan Peran Ekonomi Syariah dalam Kebijakan Ekonomi Nasional untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Menko Perekonomian H. Chairul Tanjung).

Sejumlah Pimpinan Ormas Islam dan Perwakilan negara-negara sahabat dijadwalkan akan menghadiri pembukaan Mukernas dan Milad MUI ke-39, termasuk dua dubes muslim, yaitu Dubes Paraguay dan Dubes Norwegia. (L/P02/R1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0