Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mukesh Tempuh 600 km dari Delhi Demi Melihat Bayinya Lahir

Rudi Hendrik - Ahad, 5 April 2020 - 10:19 WIB

Ahad, 5 April 2020 - 10:19 WIB

5 Views

Ada kepanikan pada diri Mukesh Maurya, seiring ketakutan di masyarakat terhadap pandemi virus corona (COVID-19). Pekerjaannya pun hilang seperti atap di atas kepalanya. Namun, Mukesh tidak membiarkan semangatnya yang membara turut sirna, ketika ia berangkat dari New Delhi menuju desanya yang sejauh lebih dari 600 kilometer.

Ia bertekad pulang demi melihat bayinya lahir.

Dari Taman Rajouri tempat ia bekerja sebagai buruh harian, tidak ada kereta api dan bus di sepanjang jalan untuk mencapai kampungnya di Musafirkhana di distrik Amethi, Negara Bagian Uttar Pradesh. Namun, dia sanggup melakukannya.

Saat itu 28 Maret 2020, Sabtu, ketika dia berangkat menuju rumah, 650 km jauhnya. Penguncian (lockdown) nasional untuk mengurangi penyebaran COVID-19 telah dimulai setelah pengumuman Perdana Menteri Narendra Modi 24 Maret, semua jalan yang menuju rumah tampaknya diblokir.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun, di mana ada niat di situ ada jalan. Mukesh yang berusia 22 tahun, tiba di rumah pada Ahad malam.

Butuh waktu berjam-jam untuk berjalan kaki, menunggu beberapa jam lagi dan tiga perjalanan bus yang sangat padat, dengan jarak sosial yang acak.

Saya tiba tepat pada waktunya. Istri saya mengalami sakit persalinan ketika saya sampai di desa kami dan kami harus segera memesan ambulans untuk membawanya ke rumah sakit. Maurya, sekarang menjadi ayah dari seorang bayi laki-laki.

“Saya bisa berada di sana bersama istri saya ketika putra saya lahir,” kata Mukesh bercerita kepada Press Trust of India (PTI). Tiga hari stres dan perjalanan pulang yang sulit sepertinya sudah berlalu dan menjadi kenangan.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Pria muda itu berpenghasilan sekitar Rs 8.000 (Rp1,7 juta) sebulan sebagai buruh harian di Rajouri Garden di Delhi barat, mendirikan tenda untuk pernikahan dan acara lainnya. Ia menunggu selama tiga hari dari Rabu (25/3) hingga Jumat untuk situasi membaik dan cari cara untuk pergi.

Akhirnya dia mengemas barang-barangnya di ransel dan mulai berjalan, bergabung dengan ribuan pekerja migran yang melakukan perjalanan pulang ke rumah mereka tanpa makanan, tanpa pekerjaan dan tanpa tabungan.

Beberapa jam berjalan, mereka diberi tahu bahwa pemerintah Negara Bagian Uttar Pradesh akan menjalankan layanan bus pada hari Sabtu dari Anand Vihar di Delhi timur untuk mengangkut pekerja migran yang terlantar.

Terlepas dari ancaman infeksi virus corona, ia bergabung dengan kerumunan pekerja untuk mendapatkan tempat di bus pada Sabtu malam. Pada awal 20 jam perjalanan bus, para penumpang dikemas seperti ikan sarden. Bus Perusahaan Transportasi Jalan Uttar Pradesh (UPSRTC) membawanya ke Sitapur.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Di sana, dia menunggu lima jam untuk bus lain ke Lucknow. Dari Lucknow, ia naik bus pribadi ke desanya di Musafirkhana. Itu mahal, biayanya Rs 1.200 (Rp225.000), tetapi bernilai setiap rupee. Dia akhirnya berhasil mencapai desanya pada Ahad malam. Beberapa jam kemudian, pada Senin pagi sekitar jam 11 pagi, istrinya melahirkan bayi laki-laki.

Pekerja migran berebut masuk ke bus di Ghaziabad, New Delhi, untuk pulang ke negara bagian lain karena panik penerapan lockdown nasional, 29 Maret 2020. (Foto: Adnan Abidi/Reuters)

Mukesh yang telah bekerja di Delhi selama lebih dari 10 tahun, sejak dia masih kecil, merasa nyaman dengan keluarganya, juga termasuk orang tuanya, tiga saudara lelaki yang bekerja sebagai buruh di tempat pembakaran bata dan seorang adik perempuan.

Hidup itu sulit. Orang tuanya mengolah sampai dua bigha (kira-kira satu acre) dari tanahnya dan juga bekerja sebagai buruh di ladang tetangga.

“Tantangannya banyak,” katanya.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Setelah India di-lockdown, dia diberi tahu oleh kontraktornya bahwa tidak akan ada pekerjaan lagi, setidaknya untuk beberapa hari ke depan dan mungkin lebih lama. Dia juga menerima panggilan telepon panik dari keluarganya, kekhawatiran mereka diperparah oleh wabah virus corona di Ibu Kota.

“Sangat stres. Saya tidak punya pekerjaan dan saya mendapat telepon terus-menerus dari rumah untuk pulang. Awalnya, tidak ada transportasi, jadi saya memutuskan untuk berjalan seperti yang lain. Kemudian pada hari Sabtu, saluran mulai menyiarkan berita bahwa pemerintah Uttar Pradesh telah memulai layanan bus dari Anand Vihar, membuat perjalanan lebih mudah,” katanya.

“Stres sudah berakhir tetapi hanya untuk saat ini.”

Namun, pertanyaan yang lebih besar menghantui. Dia harus mulai mencari nafkah lagi dan kembali ke Delhi, tetapi tidak tahu bagaimana atau kapan. Mungkin ketika krisis virus corona ini berakhir. Tetapi kapan itu akan terjadi?

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Sebuah pertanyaan yang tak seorang pun punya jawaban. (AT/RI-1/RS3)

 

Sumber: PTI

 

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Palestina
Internasional
Palestina
Palestina
Palestina