Gaza, MINA – Pasukan pendudukan Israel secara resmi pada Senin (6/5) memulai pemindahan paksa warga Palestina yang tengah mengungsi dan mencari perlindungan di Rafah. Padahal, wilayah ini sejak awal agresi ditetapkan oleh Israel sebagai “zona aman.”
Israel menyebarkan selebaran yang berisi paksaan kepada warga Palestina untuk pindah dari Rafah, Jalur Gaza selatan pada hari ini, Senin (6/5).
Media Al Mayadeen melaporkan, juru bicara Israel, Avichay Adrai mengatakan, pasukan Israel mengklaim telah menyiapkan “zona kemanusiaan” di wilayah Mawasi dan memaksa warga Palestina keluar dari Rafah timur, yang awalnya merupakan “zona aman.”
Tindakan yang diambil oleh pendudukan Israel, diprediksi akan membuat setidaknya 100.000 dari 1,4 juta warga Palestina yang saat ini mengungsi di Rafah akan diusir secara paksa.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Hal ini juga akan mengancam untuk menyandera seluruh warga Palestina yang tersisa di Gaza, karena perbatasan Rafah kemungkinan besar akan menjadi sasaran pemboman, mengutip Al Mayadeen.
Setelah tujuh bulan genosida yang disiarkan televisi, jumlah martir Palestina, terluka, dan hilang telah melebihi 100.000 warga Palestina.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada tanggal 30 April, bahwa invasi ke kota Rafah yang berpenduduk padat akan terjadi, terlepas dari apakah kesepakatan pertukaran dengan Pejuang Palestina tercapai atau tidak.
“Gagasan bahwa kami akan menghentikan perang sebelum semua tujuannya tercapai adalah tidak relevan. Kami akan memasuki Rafah dan menghancurkan batalion Hamas di sana, dengan atau tanpa kesepakatan [tentang sandera], untuk mencapai kemenangan mutlak,” katanya kepada keluarga para sandera, tawanan yang ditahan di Jalur Gaza.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Selama beberapa pekan, warga Israel membanjiri jalan-jalan di Tel Aviv–wilayah Palestina yang direbut dan kini diklaim menjadi ibu kota Israel– dan beberapa daerah lainnya, menuntut agar Netanyahu mengundurkan diri atas kinerjanya dalam perang di Gaza, termasuk penolakannya terhadap perjanjian pertukaran sandera. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant