DALAM pepatah lama disebutkan, “Mulutmu harimaumu, jika tidak dijaga akan menerkam dirimu sendiri.” Pepatah ini bukan sekadar rangkaian kata indah, tetapi peringatan mendalam bahwa lisan memiliki kekuatan yang mampu mengangkat atau menghancurkan seseorang. Bagi seorang pemimpin atau pejabat, ucapan bukan hanya sekadar kata, melainkan cermin integritas, kebijaksanaan, dan kepribadian.
Sejarah mencatat banyak tokoh besar yang jatuh bukan karena kurang cerdas atau miskin strategi, tetapi karena tidak mampu mengendalikan lisannya. Kata-kata yang sembrono, kalimat yang arogan, dan pernyataan yang menyakiti hati rakyat justru menjadi bumerang yang menghancurkan reputasi mereka. Lisan yang tak terkendali bisa menjadi senjata makan tuan.
Di negeri ini, kita sering menyaksikan para pemimpin atau pejabat yang tersandung karena ucapannya sendiri. Ada yang mengeluarkan komentar sinis di saat rakyat sedang menderita, ada yang bersuara lantang meremehkan persoalan serius, bahkan ada yang tak segan mengucapkan kalimat kasar seolah-olah mereka hidup di atas rakyat. Akibatnya, kepercayaan pun runtuh, dan martabat mereka terkikis oleh lisan yang tak terkendali.
Padahal, Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an, “Mā yalfidhu min qawlin illā ladaihi raqībun ‘atīd” (Qs. Qāf: 18) — “Tidaklah manusia mengucapkan suatu perkataan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” Artinya, setiap kata memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat.
Baca Juga: Traveling ke Masjidil Aqsha
Seorang pemimpin atau pejabat yang bijak seharusnya memahami bahwa lisannya adalah amanah. Ucapannya dapat menjadi cahaya penerang bagi rakyat, atau justru bara api yang membakar harapan mereka. Kata-kata bijak bisa menguatkan semangat bangsa, sementara kalimat arogan hanya memperdalam jurang ketidakpercayaan.
Ironisnya, tak sedikit pemimpin atau pejabat yang lebih sibuk memperindah penampilan luar ketimbang memperindah lisannya. Mereka berdiri gagah di podium, namun kalimat yang keluar malah menusuk hati rakyat. Seperti pisau bermata dua, lisan bisa menjadi alat komunikasi yang menenangkan, tetapi bisa juga berubah menjadi alat penghancur yang lebih berbahaya dari senjata.
Fenomena ini seakan mengingatkan kita bahwa jabatan tidak bisa melindungi seseorang dari akibat buruk lisannya. Sehebat apapun kekuasaan, ketika ucapan salah langkah, kehormatan bisa runtuh seketika. Media sosial yang begitu cepat menyebarkan informasi semakin memperbesar dampak kesalahan lisan seorang pejabat.
Rakyat mungkin bisa memaafkan kesalahan kebijakan, tetapi sulit melupakan ucapan yang melukai hati mereka. Kata-kata yang tidak bijak ibarat goresan di kaca: meski telah dipoles, bekasnya tetap terlihat. Itulah mengapa Rasulullah SAW menekankan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
Baca Juga: Kemenangan Al-Aqsa oleh Orang-Orang Beriman
Seorang pemimpin sejati bukan hanya pintar mengatur kebijakan, tetapi juga pandai menjaga lisannya. Ia tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Ia memahami bahwa rakyat bukanlah objek untuk diremehkan, melainkan manusia yang harus dihormati. Kata-kata indah seorang pemimpin bisa menjadi obat bagi luka rakyat, sebaliknya ucapan kasar bisa menjadi racun yang meracuni kepercayaan.
Kita sebagai rakyat pun harus belajar dari fenomena ini. Jangan biarkan lisan kita menjadi harimau yang menerkam diri sendiri. Di era digital, satu kalimat yang kita tulis bisa tersebar luas dan meninggalkan jejak panjang. Bijaklah dalam berkata, karena harga diri, kehormatan, bahkan masa depan bisa hancur hanya karena satu kalimat.
Akhirnya, mari kita renungkan kembali pepatah bijak ini: Mulutmu harimaumu. Bagi para pejabat atau pemimpin, atau siapa pun kita, jaga ucapan agar tidak menjadi batu sandungan yang menjatuhkan kehormatan. Bagi rakyat, jaga juga lisan agar tidak menjerumuskan diri ke dalam dosa. Karena lisan adalah cermin hati, dan siapa yang mampu menjaganya, maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Spekulasi Gugurnya Abu Obeida, Belum Ada Konfirmasi Hamas