Jakarta, 7 Dzulqa’dah 1436/22 Agustus 2015 (MINA) – Musawarah Nasional (Munas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ke IX akan membahas metode penyatuan penentuan awal bulan hijriyah.
“Salah satu isu yang akan dibahas yaitu tentang penyatuan penentuan awal bulan hijriyah,” kata Noor Akhmad, Sekretaris Panitia Pengarah Munas MUI, kepada wartawan saat konferensi Pers di Gedung MUI, Jakarta, Jumat (21/8) sore.
Ia mengatakan, masalah itu fdibahas karena MUI melihat perbedaan tersebut menjadi problematika di kalangan umat Islam.
“Mudah-mudahan nanti bisa tercapai, sebab ketika tercapai, kemungkinan besar penentuan awal Ramadhan, awal Syawwal dan lainnya akan sama,” kata Noor Akhmad.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Sementara itu Wakil Ketua Pelaksna Munas, Zainut Tauhid Saadi mengatakan, forum pertemuan tersebut juga akan menjadi momentum untuk melakukan refleksi, evaluasi, introspeksi, bahkan otokritik terhadap keberadaan, peranan, dan sumbangsih MUI.
“Untuk itu, dibutuhkan kecermatan, kejernihan, dan kejujuran serta obyektivitas dalam menilai sejauh mana lembaga yang tepat berusia 40 tahun ini telah memberikan manfaat dan kemajuan bagi umat, bangsa, dan agama,” kata Zainut Tauhid.
Ia menyebutkan, sejauh ini, kehadiran MUI disadari senantiasa diharapkan, ditunggu, dan dinanti oleh umat dan bangsa.
“Namun, sesuai perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal, MUI menyadari pula dirinya harus berubah,” katanya.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Oleh sebab itu, lanjut Zainut Tauhid, para pengurus MUI akan merumuskan kebijakan strategis yang mampu mendorong, memandu, dan mengawal perjalanan organisasi, agar MUI menjadi jauh lebih baik, lebih siap, lebih modern, dan mandiri pada masa mendatang.
“Apalagi, tantangan umat dan bangsa ke depan makin berat, kompleks, dan beragam. Tantangan itu tak hanya terjadi di bidang kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan, tapi juga di bidang kebangsaan dan kenegaraan,” ujar Zainut Tauhid.
Menurutnya, saat ini terasa betul, kehidupan nasional kita dewasa ini masih mengalami berbagai kekurangan dan kelemahan, di bidang agama, ideologi, politik, ekonomi, hukum, budaya, dan sosial-kemasyarakatan.
Dikatakan, pada Munas MUI tersebut para pimpinan MUI yang hadir dari seluruh Indonesia juga akan merespon berbagai masalah keagamaan, kemasyarakatan, dan kebangsaan.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
“Termasuk, ketidakmampuan kita, dalam usia Indonesia ke-70 tahun sekarang ini, untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara yang adil, makmur, dan sentosa, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,” kata Zainut Tauhid. (T/P010/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain