Kairo, 24 Sya’ban 1434/3 Juli 2013 (MINA) – Presiden Mesir, Muhammad Mursi menuntut militer untuk mencabut sebuah ultimatum guna menyelesaikan krisis politik di negara itu.
Dalam akun media sosial-nya, Mursi mengatakan bahwa ia tidak akan didikte. Dia bersikeras pada ‘legitimasi konstitusional’.
Pada Senin (1/7), militer Mesir memberikan batas waktu kepada seluruh kekuatan politik untuk mengadakan dialog mencari kesepakatan dalam jangka waktu 48 jam. Jika masing-masing pihak tidak berhasil membuat kesepakatan, maka militer akan mengambil alternatif baru untuk menyikapi krisis yang terjadi.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Militer Mesir mengeluarkan rencana untuk membubarkan parlemen, menulis ulang konstitusi dan menyelenggarakan pemilu baru jika Mursi tidak bisa mengakhiri protes terhadap pemerintahannya hingga Rabu malam (3/7).
Mursi menghadapi tekanan besar dari aksi tuntutan pengunduran dirinya dan peringatan dari militer bahwa para politisi harus menyelesaikan krisis atau menghadapi transisi dari tentara.
Menurut laporan Al Jazeera yang dikutip oleh Kantor Berita Mi’raj News Agency (MINA) empat orang tewas pada malam ketiga aksi protes di Mesir. Sebuah sumber Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan, korban tewas dalam bentrokan di Giza, tiga ditembak mati dalam demonstrasi pro-Mursi di Nahda Square, dekat Universitas Kairo, dan satu lagi tewas akibat tembakan saat ikut serta demo.
Adapun kantor Ikhwanul Muslimin di Helwan dilaporkan telah dijarah dan dibakar. Tekanan pada Mursi terus meningkat sebagaimana komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Navi Pillay, meminta dia untuk terlibat dalam dialog nasional yang serius dengan lawan-lawannya.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Perbaiki Perbedaan
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Prof Ekmeleddin Ihsanoglu menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di Mesir.
Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan kantor berita IINA, ia mendesak semua pihak Mesir untuk menahan diri secara maksimum dan tenang untuk kepentingan yang lebih besar dari negara dan rakyatnya.
Mengingat sejarah yang mulia, budaya dan peradaban negara besar itu, Prof Ihsanoglu mengidentifikasi kebutuhan mengerahkan upaya terus menerus untuk mencapai transisi demokrasi dengan cara-cara damai.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Dia menyerukan kepada semua pihak Mesir untuk menegakkan dialog bersama termasuk guna memperbaiki perbedaan. Dia lebih jauh mendesak mereka untuk bekerja sama memperkuat perdamaian, keamanan, dan stabilitas negara serta menjaga kepentingan nasionalnya di atas semua pertimbangan lain.(T/P05/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata