Jakarta, 14 Jumadil Akhir 1438/13 Maret 2017 (MINA) – Para pemuda Amerika Serikat melakukan kampanye untuk bertanya tentang Muslim di depan publik di beberapa lokasi berbeda di negara itu.
Dengan membawa banner bertuliskan “Tanya Saya Apa Saja” dan “Bertemu Muslim” para pemuda ini berdiri di beberapa lokasi seperti San Jose, Antioch, Mountain View, San Francisco, Pleasanton, Berkeley dan Pleasant Hill.
Kampanye pertama ini dimulai di 50 kota dan 120 lokasi di negara itu.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Menurut laporan Mercury News, acara tersebut diselenggarakan Asosiasi Pemuda Muslim Ahmadiyah AS, sebuah kelompok yang berbasis di Maryland dan menaungi lebih dari 5.000 pemuda Muslim.
Salah satu peserta aksi, Iftikhar Khan belum pernah melakukan hal ini selama hidupnya. Warga San Jose yang berusia 38 tahun itu membawa anaknya, Rizwan (10), dan tetangganya Raees Qadir (14). Mereka berdiri di Paseo de San Antonio dekat Fairmont Hotel pusat kota.
“Sebagian besar warga Amerika tidak pernah bertemu Muslim sebelumnya. Dan persepsi mereka tentang Muslim adalah bahwa kami berbahaya, dan orang-orang takut pada kami,” kata Iftikhar Khan.
Muslim di seluruh Amerika Serikat mengatakan mereka merasa semakin disudutkan setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang bertujuan untuk mencegah warga dari beberapa negara mayoritas Muslim memasuki AS.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Trump, menandatangani perintah eksekutif pertama kali pada akhir Januari. Isinya melarang pengungsi dan pemegang visa dari tujuh negara mayoritas Muslim, dan juga melarang sementara pengungsi dari negara lain dan menetapkan larangan bagi pengungsi Suriah. Seorang hakim federal di Seattle tidak menyetujui perintah eksekutif dan menetapkan penangguhan sementara untuk surat itu.
Tapi Trump tidak menyerah dan mengeluarkan surat revisinya pekan lalu. Dia melarang pengungsi dari enam negara mayoritas Muslim, mengeluarkan Irak yang sebelumnya ada dalam larangan pertama. Sampai saat ini, perintah ini masih dibahas di pengadilan federal untuk menentukan berlaku atau ditolak kembali.
Salah seorang warga non Muslim mendekati Rizwan (10) dan bertanya tentang hari-harinya di sekolah sebagai Muslim.
Warga lain yang berdiskusi dengan mereka menyebut situasi politik di AS kacau balau.( T/RE1/RI-1)
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)