Rangoon, 3 Ramadhan 1438/29 Mei 2017 (MINA) – Pada malam bulan suci Ramadhan tahun ini, umat Islam di Kotapraja Thaketa, Rangoon, Burma masih mesulitan melaksanakan shalat tarawih dan ta’lim-ta’lim.
Warga Muslim di sana memiliki sedikit tempat ibadah untuk shalat tarawih dan untuk mengadakan kajian-kajian Islam mereka.
Akhir bulan lalu, dua madrasah di kota itu ditutup setelah sebuah massa ultranasionalis Buddha menekan pihak berwenang untuk menutupnya, laporan Human Right Watch edisi Jumat (26/5/2017) yang diberitakan MINA (Mi’raj Islamic News Agency).
Madrasah-madrasah tersebut tidak diizinkan untuk membuka kembali dan warga mengkhawatirkan nasib madrasah lain yang bakal ditutup oleh pihak berwenang.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Ini hanyalah sebagian kecil dari tekanan yang dihadapi masyarakat Muslim di Burma, namun dirasakan sangat akut,” laporan menyebutkan.
Ketika komunitas minoritas Muslim meningkat, mereka memiliki lebih sedikit tempat untuk shalat.
Para ultranasionalis Buddhis sebelumnya telah mendesak madrasah untuk tidak mengizinkan orang masuk untuk shalat. Padahal, warga setempat mengatakan bahwa selama beberapa tahun yang lalu mereka telah mendapat izin untuk shalat di sana selama bulan Ramadhan.
Kini, mereka tidak memiliki pilihan seperti itu dan terpaksa harus menuju masjid paling dekat yang dicapai selama 30 menit berjalan kaki.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
“Sudah lama kita ingin membangun masjid baru di negara ini,” kata Kyaw Khin, Ketua sebuah kelompok Muslim nasional.
“Masjid lainnya hancur dalam kekerasan, dan ada yang ditutup oleh pemerintah,” imbuhnya.
Pemerintah Burma telah melakukan pembatasan berat pada pembangunan atau renovasi struktur bangunan keagamaan, serta batasan praktik agama, elemen diskriminasi sistemik yang dihadapi umat Islam, termasuk etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine.
Warga mendesak Pemerintah untuk mengizinkan semua orang di Burma beribadah dengan bebas, termasuk dengan membuka kembali madrasah dan melindungi minoritas dari ancaman massa. (RS2/P1)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu