Oleh Hayatdin, Da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah), tinggal di Bogor
Rusia, dengan nama resmi Federasi Rusia adalah sebuah negara federasi yang bersistem semi-presidensial dengan bentuk Republik Konstitusional di Eropa Timur dan Asia Utara atau Eurasia bagian utara yang dari barat laut sampai ke tenggara.
Negara ini berbatasan daratan dengan Norwegia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania dan Polandia (keduanya berbatasan dengan Oblast Kaliningrad), Belarus, Ukraina, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, Tiongkok, Mongolia, dan Korea Utara.
Negara ini juga berbatasan laut dengan Jepang di Laut Okhotsk dan negara bagian Alaska, Amerika Serikat di Selat Bering.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Dengan wilayah seluas 17.125.191 km², Rusia adalah negara terluas di dunia. Wilayahnya mencakup seperdelapan luas daratan bumi, penduduknya menduduki peringkat kesembilan terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 147.190.001 jiwa (2021).
Wilayahnya membentang sepanjang Asia Utara dan sebagian Eropa timur, Rusia memiliki 11 zona waktu dan wilayahnya terdiri dari berbagai tipe lingkungan dan tanah.
Negara ini berawal dari Bangsa Slavia Timur yang eksis di Eropa antara abad ke-3 hingga abad ke-8. Ditemukan dan dipimpin oleh pasukan elit Varangia dan keturunannya, negara abad pertengahan Rus kiev muncul sekitar abad ke-9.
Pada tahun 988 mereka mengadopsi Kristen Ortodoks dari Kerajaan Byzantium, menjadi awal munculnya budaya Byzantium dan Slavik (Gopnik) yang mendefinisikan budaya Rusia hingga saat ini.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Rus kiev akhirnya terpisah-pisah menjadi negara-negara kecil, sebagian daratan mereka kemudian direbut Mongol dan menjadi negara jajahan Gerombolan Emas pada abad ke-13.
Keharyapatihan Moskow secara bertahap menyatukan kembali dan merdeka dari Gerombolan Emas, dan dapat kembali mendominasi warisan budaya dan politik Rus Kiev.
Pada abad ke-18, negara ini berkembang luar biasa melalui penaklukan, aneksasi, dan penjelajahan menjadi Kekaisaran Rusia yang merupakan kekaisaran terbesar ketiga dalam sejarah, memanjang dari Polandia di Eropa hingga Alaska di Amerika Utara yang dulunya merupakan wilayah Rusia.
Sejarah Singkat Rusia
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Sejarah Rusia diawali oleh kepemimpinan Rurik. Ia adalah seorang tokoh pemimpin yang memelopori perpindahan bangsa Varangia dari wilayah Skandinavia ke Novogrod dengan menyeberangi Laut Baltik.
Pada tahun 862 M, bangsa Varangia telah menetap di Novogrod dan Rurik menjadi penguasanya. Setelah menguatkan kekuasaannya di Novogrod, Rurik memperluas wilayah kekuasaannya ke arah selatan dan mencoba menguasai Kiev yang dihuni bangsa Slavia Timur.
Kiev berhasil dikuasai sepenuhnya pada tahun 882 M pada masa pemerintahan Oleg. Pada masa itu, Kiev merupakan kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel.
Pada tahun 989 Vladimir I meluaskan wilayahnya hingga Kaukasus dan Laut Hitam serta mengambil ajaran Gereja Ortodoks Yunani. Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan, cucu Genghis Khan.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo.
Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV; ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia.
Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai wangsa Romanov naik takhta yang diawali dengan diangkatnya oleh Michael Romanov sebagai Tsar (1613).
Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Pada bulan Februari 1917 dibentuk Pemerintahan Sementara di bawah Pangeran Lyvov dan Alexander Kerensky sampai 25 Oktober 1917, saat pemerintahan tersebut digantikan Pemerintahan Revolusi Bolshevik oleh Vladimir Ilyich Lenin.
Sejarah Uni Soviet antara 1927 dan 1953 meliputi masa dalam sejarah Soviet dari lahirnya Stalinisme melalui kemenangan dalam Perang Dunia Kedua dan penurunannya hingga kematian Josef Stalin pada 1953.
Ia berhasil menghancurkan musuh-musuhnya sambil mengubah tatanan masyarakat Soviet dengan perencanaan ekonomi agresif, secara rinci menyapu kolektivisasi pertanian dan perkembangan pesat industri berat. Stalin memperkuat posisinya dalam hierarki partai dan negara dan mengembangkan kultus individu secara luas.
Polisi rahasia Soviet dan pengerahan massal Partai Komunis menjadi alat utama Stalin dalam membentuk masyarakat Soviet.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Cara-cara mematikan Stalin dalam mencapai tujuannya, termasuk pembersihan, penindasan politik masyarakat umum, dan kolektivisasi paksa, berakibat jutaan kematian, lebih tepatnya di kamp buruh Gulag dan saat kelaparan buatan.
Perang Dunia Kedua yang dikenal sebagai “Perang Patriotik Besar” di Uni Soviet, meluluhlantahkan sebagian besar Uni Soviet dengan satu dari setiap tiga kematian Perang Dunia II mewakili seorang berkewarganegaraan Uni Soviet.
Setelah Perang Dunia II, tentara Uni Soviet menduduki Eropa Timur, di mana mereka mendirikan atau menyokong pemerintah boneka komunis.
Pada 1949, Perang Dingin bermula antara Blok Barat dan Blok Timur (Soviet) dengan Pakta Warsawa (didirikan pada 1955) yang menantang NATO (didirikan pada 1949) di Eropa. Setelah 1945, Stalin tidak terlibat secara langsung dalam perang apapun. Ia melanjutkan kepemimpinan totalitarianya hingga kematiannnya pada 1953.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Dalam sesi tertutup Kongres Partai Ke-20 PKUS pada 25 Februari 1956, Khrushchev mengejutkan para pendengarnya dengan mencela kepemimpinan diktator Stalin dan kultus individu dalam pidato yang berjudul Perihal Kultus Individu dan Konsekuensi-konsekuensinya. Ia juga menyerang dengan mengutarkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat Stalin. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa pandangan kukuh bahwa perang antara dunia kapitalis dan komunis tidak dapat dihindari seudah tidak benar. Ia menganjurkan persaingan dengan Barat daripada permusuhan terang-terangan dengan menyatakan bahwa kapitalisme akan menghilang dari dalam dan dunia sosialisme akan berjaya dengan damai. Namun, ia menambahkan, jika kapitalis menginginkan perang, Uni Soviet akan merespon dengan hal yang sama.
Dampak pidato ini terhadap politik Soviet sangat besar. Pidato ini melucuti kelayakan saingan-saingan Stalinisnya; sekejap mendorong kekuasaannya dalam negeri.
Setelahnya, Krushchev mengurangi larangan dan membebaskan lebih dari sejuta narapidana dari gulag sehingga menyisakan kira-kira 1,5 juta narapidana yang tinggal dalam sistem perpenjaraan semitereformasi (meskipun gelomang reformasi perlawanan mengikuti pada 1960-an).
Para komunis di seluruh dunia terkejut dan terheran dengan penyalahannya terhadap Stalin dan pidato ini “Menyebabkan revolusi dalam perilaku rakyat di seluruh Uni Soviet dan Eropa Timur. Hal ini menjadi faktor tunggal dalam merobohkan campuran dari rasa takur, fanatisme, kenaifan, dan berpikir ganda yang merupakan reaksi terhadap pemerintahan Komunis.”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Menyusul tergulingnya Krushchev tahun 1964, negara kembali dipimpin kepemimpinan kolektif, hingga Leonid Brezhnev menjadi pemimpin. Era 1970-an dan awal 1980-an ditandai sebagai Era Stagnasi, periode di mana pertumbuhan ekonomi melambat dan kebijakan sosial menjadi statis.
Reformasi Kosygin 1965 bertujuan untuk desentralisasi parsial ekonomi Soviet dan mengubah perhatian dari industri berat dan senjata ke industri ringan dan perlengkapan rumah tangga namun ditolak oleh pemimpin komunis konservatif.
Tahun 1979, pecah revolusi di Afganistan yang dipimpin Komunis, angkatan bersenjata Soviet menginvasi negara itu atas permintaan rezim baru.
Pendudukan di Afganistan menghabiskan sumber daya ekonomi tanpa hasil politis yang berarti. Akhirnya, tentara Soviet angkat senjata dari Afghanistan tahun 1989 akibat perlawanan internasional, perang gerilya terus menerus, dan minimnya dukungan penduduk Soviet.
Baca Juga: Perlindungan terhadap Jurnalis di Gaza
Mulai tahun 1985, pemimpin terakhir Soviet Mikhail Gorbachev, yang berusaha untuk memberlakukan reformasi liberal dalam sistem Soviet, memperkenalkan kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi) untuk mencoba mengakhiri periode stagnasi ekonomi dan mendemokratisasi pemerintah.
Namun, hal ini menyebabkan munculnya pergerakan nasionalis dan separatis. Sebelum tahun 1991, ekonomi Soviet terbesar kedua dunia, tetapi pada tahun-tahun terakhirnya negara ini terkena imbasnya ditandai dengan kelangkaan barang, defisit anggaran besar, dan inflasi.
Tahun 1991, gejolak ekonomi dan politik mulai mendidih, ditambah lagi republik-republik Baltik memilih untuk memisahkan diri dari Uni Soviet.
Pada bulan Maret, dilakukan referendum, di mana sebagian besar penduduk yang berpartisipasi memilih untuk mengubah Uni Soviet menjadi Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Bulan Agustus 1991, terjadi percobaan kudeta oleh anggota pemerintah Gorbachev, diarahkan melawan Gorbachev dan bertujuan untuk mempertahankan Uni Soviet. Namun, kudeta ini gagal dan malah berakhir dengan bubarnya Partai Komunis Uni Soviet. Tanggal 25 Desember 1991, Uni Soviet bubar menjadi 15 negara yang terpisah.
Islam di Rusia
Islam di Rusia adalah agama minoritas. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat per 2017, jumlah muslim di Rusia adalah 14 juta jiwa atau hampir 10 persen dari populasi Rusia.
Menurut Mufti Agung Rusia, Rawil Gaynetdin, jumlah muslim di Rusia adalah 25 juta jiwa per tahun 2018. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Muslim pertama di wilayah Rusia modern adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) setelah pentaklukan Arab (abad ke-8). Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922.
Kaum Tatar mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan Kaukasia juga menjadi pengikut Islam. Islam di Rusia telah hadir lalu berkembang pada awal penaklukan kawasan Volga Tengah pada abad ke-16, yang membawa orang Tatar dan Orang Turk lainnya di kawasan Volga Tengah ke dalam negeri Rusia.
Pada abad ke-18 dan ke-19, penaklukan Rusia di kawasan Kaucasus Utara membawa orang-orang Muslim dari kawasan ini seperti Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush, dan lain-lain ke daerah-daerah dan pelosok negara Rusia. Kievan Rus juga telah mendapat kesempatan untuk memeluk Islam dari misionaris Volga Bulgaria, tetapi orang Slavia Timur menerima agama Kristen.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili yang dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani.
Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar.
Orang Azeri menganut Syiah, disaat mereka bukanlah merupakan rakyat Uni Soviet, banyak orang Azeri yang merantau ke Rusia untuk mencari pekerjaan. Qur’an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801. Satu lagi fenomena yang terjadi adalah gerakan Wäisi.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, “Ислам” (transliteration: Islam), “Эхо Кавказа” (Ekho Kavkaza) dan “Исламский вестник” (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti “Ассалам” (Assalam), dan “Нуруль Ислам” (Nurul Islam), yang diterbitkan di Makhachkala, Dagestan.
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 25 – 31 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 29-41 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama mayoritas yang terbesar.
Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan.
Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast (kebanyakannya kaum Tatar). Misalnya, saat ini terdapat lebih dari dua juta penduduk beragama Islam di Moskow.
Masjid di Rusia
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 6790 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 2500. Di ibu kota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 6 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 9.000 masjid di Rusia.
Menurut data register negara, kini telah tercatat 4831 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316).
Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil. Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara Muslim di Rusia dan Indonesia telah meningkat karena pekerjaan yang baik dan usaha yang dilakukan oleh Dubes Indonesia Hamid Awaludin dan beberapa diplomat Indonesia lainnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)