
Aziza Rahimzada
" width="300" height="201" /> Foto: Aziza Rahimzada (Saudi Gazette)Kabul, 14 Muharram 1437/ 27 Oktober 2015 (MINA) – Seorang aktivis hak asasi manusia asal Afghanistan Aziza Rahimzada (14), meraih Nobel Perdamaian Anak Internasional, setelah menghadapi rintangan hukum yang menghalangi 25.000 anak pengungsi untuk sekolah, dan membujuk pemerintah dalam menyediakan air bersih untuk perumahan kamp lebih dari 100 keluarga.
Penghargaan sebelumnya diraih Malala Yousafzai, sama dari Pakistan, yang menyebarkan pesan pendidikan secara universal dan hak dasar bagi kaum muda Afghanistan, Saudi Gazette melaporkan Selasa (27/10).
Aziza Rahimzada dari kamp pengungsi Kabul mengatakan, ia terlahir dalam suasana perang, setelah keluarganya melarikan diri dari pertempuran di provinsi Parwan pada tahun 2001.
“Mereka telah banyak menderita selama perang. Saya memberikan saran dan nilai pada dewan pendidikan,” katanya.
Baca Juga: Iran Luncurkan Gelombang Rudal Generasi Baru ke Israel
“Keluarga mereka juga tidak berpendidikan sehingga kita harus meyakinkan mereka,” tambahnya.
Aziza terkesan dengan kelompok kemanusiaan internasional Mobile Mini Circus for Children (MMCC), yang didirikan oleh Denes Berit Muhlhausen dan David Mason, yang baru pindah ke Afghanistan setelah jatuhnya rezim Taliban pada 2001.
Kelompok ini bekerja di seluruh Afghanistan dengan mitra lokal dan bertujuan untuk membawa anak-anak bersamanya melalui bermain, sementara mengidentifikasi pemimpin muda yang dapat mewakili kebutuhan masyarakat.
“Dia sangat istimewa dari awal, ia berpikir lebih dari yang lain untuk membantu orang lain, ia banyak mengajukan pertanyaan. Secara bertahap ia menjadi wakil untuk anak-anak,” kata Mason mengenai Aziza.
Baca Juga: Netanyahu Akui Israel Alami ‘Banyak Kehilangan” Akibat Serangan Iran
Dalam musyawarah (dewan konsultatif) yang diselenggarakan oleh kelompok, Aziza cepat mengidentifikasi dengan mendesak masalah yang dihadapi 500 anak di kampnya, dan sebagainya seperti di Kabul. Yang utama adalah kurangnya air yang mengalir, di mana anak-anak pergi jauh untuk mengambil air dengan ember berat, sampai adanya campur tangan Aziza, yang memanfaatkan pipa yang memompa air ke dalam kamp dan melayani 144 keluarga.
Isu lainnya yang diangkat Aziza adalah pendidikan. Sebagai anak pengungsi yang lahir dalam kemiskinan, mereka berada di kamp, tidak memiliki dokumentasi untuk masuk ke sekolah ibukota.
Dibantu oleh MMCC itu, Aziza memimpin anak-anak melobi pejabat lokal dan parlemen, dengan bantuan beberapa anggota aktivis hak perempuan Fawzia Koofi.
Kegigihan akhirnya membuat terobosan yang memungkinkan sekitar 25.000 anak yang tinggal di 59 kamp pengungsi di Kabul untuk mendaftar sekolah di ibukota, membuat mereka memenuhi syarat untuk bersekolah.
Baca Juga: Heboh Rudal Iran Tinggalkan Jejak ‘Naga’ di Langit Saat Gempur Israel
“Ini adalah pencapaian luar biasa. Saya tenang melihat anak dengan seragam sekolah. Seperti melihat perubahan radikal, “kata Mason, direktur MMCC.
Aziza merupakan tiga di antara nominasi akhir penghargaan Nobel bersama dengan Abraham Keita (17), dari Liberia dan Jeanesha Bou (17), dari Puerto Rico. Pemenang secara terbuka akan diberikan di Den Haag pada 9 November. (T/hna/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Erdogan: Iran Berhak Membela Diri terhadap “Terorisme” Israel