Muslimah Ahli Ibadah

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرً۬ا كَثِيرً۬ا

وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةً۬ وَأَصِيلاً

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33] ayat 41-42).

ٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ

Artinya, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29] ayat 45).

Ashim bin Umar bin Qatadah meriwayatkan bahwa neneknya, Rumaitsah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Pada suatu pagi, saya sudah sampai di rumah radhiyallahu ‘anha. Pada pagi itu, Aisya mandi dan masuk ke dalam rumahnya. Ia menutup pintu dariku. Kukatakan kepadanya, ‘Ya Ummul Mukminin, aku tidak datang kepadamu pagi-pagi begini karena (aku membutuhkan) waktu ini.’ Dia berkata, ‘Masuklah.’ Kemudian aku masuk. Ia melaksanakan salat delapan rakaat yang aku tidak tahu mana yang lebih panjang, berdirinya, rukunya, atau sujudnya. (Setelah selesai) ia menoleh kepadaku sambil berkata, ‘Hai Rumaitsah, saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan salat ini. Walaupun bapakku dihidupkan kembali (sebagai ganti) agar aku meninggalkannya, aku tidak akan pernah meninggalkannya.’”

Hadits ini disebutkan oleh Al-Mizzi dalam Tahdzib Al-Kamal (35/179) diriwayatkan oleh An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra (1/181). Syaikh Husain Salim Asad menyatakan bahwa sanad-nya sahih.

Dalam riwayat ini sangat jelas terlihat betapa kuatnya kesungguhan Aisyah dalam beribadah pagi delapan rakaat yang dikenal dengan sebutan salat Duha. Kesungguhan itu terlihat dari perkataannya yang berbunyi, “Walaupun bapakku dihidupkan kembali (sebagai ganti) agar aku meninggalkannya, aku tidak akan pernah meninggalkannya.”

Sosok Rumaitsah, menurut penjelasan Al-Mizzi adalah nenek Ashim bin Umar  bin Qatadah.

Rumaitsah adalah sahabiah yang sangat dekat dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sedemikian dekatnya, ia pernah berkata, “Seandainya aku mau mencium tanda kenabiannya yang terletak di antara kedua pundaknya, niscaya aku akan dapat melaksanakannya karena dekatnya dengannya (Rasulullah).”

Abu Umar bin Abdul Barr mengatakan nama lengkapnya adalah Rumaitsah binti Amr bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf.

di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terkenal adalah wanita-wanita yang taat beribadah.

Ummu Darda atau Juhaimah binti Huyai, istri Abu Darda, ia terkena sebagai seorang wanita yang banyak beribadah. Disebutkan oleh Abu Al-Mali Ar-Raqqi bahwa Maimun bin Mahran radhiyallahu ‘anha berkata, “Saya pernah masuk ke tempat Ummu Darda. Saya melihatnya memakai kudung tebal yang ditutupkan pada alisnya. Kudung tersebut pendek sehingga ia sedikit penyambungnya. Aku belum pernah masuk ke tempatnya walaupun sebentar, kecuali aku melihatnya sedangng salat.” (Tahdzib Al-Kamal 35/356).

Al-Haitsam bin Imran Al-Ansi berkata bahwa ia pernah mendengar Ismail bin Ubaidillah dan Yunus bin Halbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu para wanita pernah beribadah bersama Ummu Darda. Apabila mereka sudah mulai merasa tidak kuat berdiri dalam salat, mereka berpegangan pada tali.”

Hal ini menjelaskan kesungguhan yang luar biasa para Muslimah masa Rasulullah dalam beribadah. Akan tetapi, berpegangan kepada tali dan lainnya tidak disyariatkan, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah melarangnya, sebagaimana dalam Shahih Muslim.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam masuk masjid, beliau melihat ada dua tali yang diikat di antara dua tiang. Rasulullah pun bertanya, “Apa ini?” Mereka (sahabat) menjawab, “Milik Zainab saat melaksanakan salat. Apabila ia telah merasa malas atau lelah, ia berpegangan kepadanya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Copotlah tali ini, hendaklah salah seorang di antara kamu salat sebatas semangatnya. Apbila ia telah merasa malas atau lesu, hendaknya ia segera duduk.”

Mutiara-mutiara kisah di atas adalah sepenggal kecil dari begitu banyaknya sosok-sosok Muslimah yang patut dicontoh kebaikannya, terutama dalam beibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga dapat menggugah para Muslimah untuk menjadi wanita yang begitu dekat dengan Allah Ta’ala dengan cara memperbanyak dan memperbagus salatnya. (P001/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.