Melbourne, 20 Dzulqa’dah 1437/23 Agustus 2016 (MINA) – Sebuah dialog terbuka komunitas Muslimah Asutralia membahas perkembangan dunia Islam berlangsung di sebuah kafe Moroccan Deli-Cacy di Lygon, Melbourne, Australia, Ahad (21/8) kemarin.
Belasan wanita Muslim bertemu dan mengambil posisi di kursi yang telah disediakan sambil menikmati hidangan teh panas dan kue memulai pembicaraan untuk berbagi pencerahan atas dakwah Islam di negeri kanguru itu.
Menurut panitia pelaksana komunitas, diksusi santai itu bertujuan untuk membuka relasi lebh luas percakapan antara Muslim dan non-Muslim.
Pemilik kafe Hana Assafiri mengatakan, obrolan spontan diluncurkan awal tahun ini berawal dari pandangan sederhana, “datang sambil minum, dan meminta seorang Muslimah yang ada untuk berbicara”.
Baca Juga: Korban Tewas Banjir Kashmir Capai 60 Orang, 300 Luka-luka
Sareh, seorang kepala sekolah yang hadir dalam sessi itu, mengatakan ada suatu kecenderungan dalam skala nasional upaya menggeser Muslim ke arah terpinggirkan.
“Saya ingin memulai pembicaraan ini tentang Muslim dan non-Muslim di ruang terbuka, dan gratis untuk semua orang,” katanya.
Ia mengatakan datang ke acara tersebut untuk mengekspresikan dirinya sebagai seorang perempuan Muslim.
“Mitos terbesar adalah bahwa kita tertindas, bahwa kita tidak memiliki suara,” katanya.
Baca Juga: Banjir Bandang Landa Kashmir, 20 Orang Tewas
Sareh, yang tidak ingin nama keluarganya dipublikasikan, mengatakan hal itu jauh lebih sulit untuk generasi muda Muslim yang tumbuh sekarang dibandingkan dekade sebelumnya.
“Kami mengajarkan kepada siswa kami untuk menjadi Muslim yang produktif. Tidak ada gunanya merasa malu menampakkan identitas Muslim, “katanya.
Peserta lainnya, Assafiri mengemukakan, adalah kebebasan pribadi mengenakan jilbab bagi Muslimah di ragam politik bebas di negaranya.
“Saya percaya dengan karakter Australia. Kita hadapi saja melalui otoritas ke pengadilan misalnya,” ujarnya.
Baca Juga: 66 Orang Masih Dinyatakan Hilang Pasca Banjir Bandang di Uttarakhand India
Menurutnya, tidak ada yang disebut dengan benturan peradaban, tapi hanya benturan ketidakjelasan.
Lily, seorang pelatih pribadi mengatakan, ia belum pernah bertemu dengan seorang Muslim sebelum pindah ke Australia dari asalnya Meksiko.
“Kami hanya melihat mereka di media,” katanya, dan kini ia bisa bertemu dengan Muslimah lainnya di kafe itu dan berbincang-bincang.
Rose, seorang psikolog, mengatakan dia datang untuk meluruskan pandangan tentang Islam.
Baca Juga: PM Australia Ungkap Alasan Akui Negara Palestina
“Syariah Islam benar-benar disalahpahami. Ini tentang keadilan dan cara kita menjalani hidup kita, “katanya. (P4/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Udara Militer Myanmar Tewaskan Sekitar 30 Anggota Tentara Arakan