Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muslimah Cerdas di Akhir Zaman: Tetap Bersinar di Tengah Badai Fitnah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 46 detik yang lalu

46 detik yang lalu

0 Views

Di akhir zaman seperti hari ini, menjadi seorang muslimah bukan hanya tentang menjaga penampilan luar, tetapi tentang mempertahankan cahaya iman di tengah derasnya arus fitnah.(Foto: ig)

DI AKHIR zaman seperti hari ini, menjadi seorang muslimah bukan hanya tentang menjaga penampilan luar, tetapi tentang mempertahankan cahaya iman di tengah derasnya arus fitnah. Dunia semakin bising, informasi berseliweran tanpa filter, standar hidup didikte oleh media sosial, dan ujian datang bertubi-tubi.

Namun justru dalam keadaan seperti inilah Allah SWT memuliakan muslimah yang mampu tetap teguh, tetap jernih berpikir, dan tetap cerdas menempatkan diri. Sebab kecerdasan seorang muslimah di akhir zaman bukan hanya soal pengetahuan, tetapi kemampuan membedakan mana cahaya dan mana kegelapan.

Muslimah cerdas adalah mereka yang tidak mudah terjebak oleh tren, tidak mudah terseret oleh standar manusia, dan tidak mudah terpukau oleh gemerlap dunia. Mereka mengingat sabda Nabi SAW bahwa “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya…”—di mana pendusta dipercaya dan yang jujur justru dianggap dusta. Inilah realitas kita hari ini. Kecerdasan seorang muslimah diuji bukan dalam ruang kelas, tetapi dalam ruang hidup yang penuh godaan dan manipulasi. Ia dituntut untuk membangun benteng batin, agar akalnya tetap hidup dan hatinya tetap bercahaya.

Di tengah derasnya badai fitnah, muslimah cerdas mampu menjaga kejernihan hati. Ia tahu bahwa fitnah paling berbahaya bukanlah yang berada di luar, tapi yang masuk ke dalam jiwa. Ketika hati mulai menormalisasi dosa kecil, saat itu pula pintu untuk dosa besar terbuka. Karena itu, muslimah cerdas selalu memperbaiki relasi dengan Allah. Ia memperbanyak doa, memperbaiki ibadah, dan menjaga kesucian pikiran. Sebab ia yakin, siapa pun yang dekat dengan Al-Qur’an akan diberi petunjuk di tengah kegelapan zaman.

Baca Juga: Muslimah, Jangan Pernah Meremehkan Doamu

Muslimah cerdas tidak larut dalam drama dunia maya. Ia tidak menghabiskan waktu untuk membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain. Ia paham bahwa standar kebahagiaan tidak bisa ditentukan oleh validasi manusia. Ia tahu bahwa kecantikan bukan hanya pada wajah, tapi pada keluhuran akhlak. Ia tidak mencari pengakuan manusia, sebab ia meyakini firman Allah bahwa kemuliaan sejati hanyalah bagi mereka yang bertakwa. Ritual posting, pamer, dan mengejar “likes” bukanlah jalan menuju kedamaian. Justru yang memberi ketenangan adalah ketika seorang muslimah yakin bahwa Allah melihat usaha, bukan tampilan.

Di tengah masyarakat yang sering menghakimi penampilan wanita, muslimah cerdas tetap berdiri anggun. Ia memakai jilbab bukan untuk gaya, tapi sebagai identitas kehormatan. Ia menjaga batas pergaulan bukan karena kolot, tapi karena sadar bahwa kehormatan itu mahal. Ia memikul tanggung jawab sebagai generasi terakhir umat Nabi Muhammad SAW yang harus menjaga risalah, menjaga akhlak, dan menjaga diri dari jebakan zaman. Kecerdasannya memandunya untuk memprioritaskan hal yang kekal, bukan yang sementara.

Muslimah cerdas juga memahami pentingnya menuntut ilmu. Bukan hanya ilmu dunia, tetapi ilmu iman. Ia tidak hanya ingin menjadi wanita berprestasi, tetapi juga berprinsip. Ia memadukan ketajaman intelektual dengan kelembutan hati. Ia tahu bahwa wanita yang berhenti belajar akan mudah terjebak dalam pemikiran sesat yang dikemas rapi dalam label “modern” dan “kebebasan”. Karena itu, ia memilih untuk terus membaca, terus merenung, terus memperbaiki diri. Kecerdasannya membuatnya tidak mudah percaya pada informasi yang viral, tetapi memeriksa kebenaran dengan teliti. Inilah bentuk jihad intelektual di akhir zaman.

Dalam keluarga, ia adalah cahaya. Dalam masyarakat, ia adalah penyejuk. Dalam kerja, ia profesional. Dalam ibadah, ia khusyuk. Dalam pergaulan, ia menjaga diri. Karena ia paham bahwa perempuan adalah pendidik pertama dalam kehidupan. Generasi yang lahir dari rahim perempuan cerdas akan tumbuh menjadi generasi kuat. Itulah mengapa dakwah terbesar seorang muslimah sering kali tidak perlu kata-kata—cukup dengan akhlaknya, kesabaran, dan keteguhannya menjaga kehormatan.

Baca Juga: 5 Tips Menjadi Muslimah di Zaman Fitnah 

Muslimah cerdas juga sadar bahwa ujian zaman bukan alasan untuk menyerah. Fitnah semakin banyak bukan untuk melemahkan, melainkan untuk menguatkan. Justru karena akhir zaman penuh gelap, Allah memberikan kesempatan bagi muslimah untuk bersinar lebih terang. Cahaya bukan terlihat saat siang, tetapi saat gelap. Dan muslimah muslimah yang menjaga kehormatan, menjaga akhlak, menjaga lisan dan menjaga hati, merekalah bintang-bintang yang memandu umat ketika langit tampak gelap.

Pada akhirnya, muslimah cerdas adalah yang mampu menjadi diri terbaiknya demi Allah, bukan demi manusia. Ia memilih jalan sulit, tetapi benar. Ia memilih kehormatan, bukan popularitas. Ia memilih istiqamah, bukan kelalaian. Dan ia memilih untuk tetap bersinar meski badai fitnah berusaha memadamkan cahayanya. Sebab ia yakin, cahaya yang bersumber dari iman tidak akan pernah padam.

Semoga Allah menjadikan setiap muslimah hari ini sebagai penjaga cahaya di akhir zaman—teguh, cerdas, dan tetap bersinar hingga Allah memanggilnya dalam keadaan terbaik. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hijabmu Bukan Beban, Tapi Kemuliaan

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Kolom
Khadijah
Khadijah
Khadijah