Oleh Urfa Kaida, Aktivis Aqsa Working Group (AWG) Jawa Barat
Amanah pembebasan Baitul Maqdis bukan hanya tanggung jawab kaum lelaki, tetapi juga kaum muslimah. Peran mereka bersifat integral, baik dalam sejarah Islam maupun dalam konteks perjuangan Palestina modern.
Masjidil Aqsa disebut sebagai salah satu masjid yang memiliki nilai spiritual istimewa. Nabi bersabda: “Janganlah bepergian jauh (untuk tujuan ibadah) kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa Al-Aqsa di wilayah Baitul Maqdis memiliki dimensi keimanan yang melekat pada setiap muslim, termasuk muslimah.
Baca Juga: 7 Cara Muslimah Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian
Dengan demikian, keterlibatan muslimah dalam membela Baitul Maqdis merupakan bagian dari amanah syar’i.
Selain itu, hadis lain menyebutkan: “Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan peran strategis muslimah sebagai pendidik generasi.
Adapun amanah membebaskan Al-Aqsa, Baitul Maqdis, tidak hanya diwujudkan melalui keterlibatan langsung di medan jihad, tetapi juga melalui pendidikan, doa, advokasi, dan keteguhan dalam mempertahankan identitas Islam.
Baca Juga: Muslimah yang Menginspirasi: Menghadapi Fitnah Era Modern dengan Wibawa
Kalau kita membaca peran muslimah dalam sejarah, sejarah Islam mencatat keterlibatan muslimah dalam perjuangan sejak masa Nabi. Di antaranya:
- Ummu Ammarah (Nusaybah binti Ka’ab), yang terjun langsung dalam perang Uhud dan melindungi Rasulullah dari serangan musuh.
- Shafiyyah binti Abdul Muthalib, yang turut menjaga pertahanan benteng kaum muslimin ketika perang Ahzab.
- Dalam konteks Palestina modern, nama Dalal Mughrabi dikenal sebagai ikon perlawanan, meski perannya menuai kontroversi di dunia internasional.
Selain tokoh individu, jutaan muslimah Palestina berperan sebagai istri, ibu, dan pendidik. Mereka mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Qur’ani, menjaga aqidah keluarga, dan memberikan dukungan moral bagi para pejuang.
Kini, di era modern, peran muslimah dalam isu Palestina dapat dibagi menjadi dua dimensi:
- Muslimah Palestina: mereka berada di garis depan perjuangan, baik sebagai aktivis, pengajar, tenaga medis, maupun penjaga keluarga syuhada.
- Muslimah Dunia: meski jauh dari Palestina, mereka tetap berkontribusi melalui doa, aksi, penggalangan dana, advokasi politik, hingga kampanye media sosial untuk menjaga kesadaran umat.
Hal ini sejalan dengan konsep ummatan wahidah (umat yang satu), yang menegaskan bahwa penderitaan di satu wilayah Islam merupakan tanggung jawab kolektif seluruh umat.
Baca Juga: Muslimah Tangguh: Berilmu, Aktif, dan Menjaga Akhlak di Akhir Zaman
Jadi, muslimah memiliki posisi sentral dalam amanah pembebasan Baitul Maqdis. Peran mereka bukan sekadar domestik, tetapi juga strategis dalam membentuk generasi pejuang sebagaiman telah dicontohkan oleh muslimah pendahulu, menyuarakan solidaritas global, dan menjaga keberlangsungan kesadaran umat terhadap isu Palestina.
Suara perjuangan muslimah, baik yang berada di tanah Palestina maupun di belahan dunia lain, adalah nyala api yang tak pernah padam.
Amanah ini harus terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga Masjidil Aqsa, wilayah Baitul Maqdis, kembali ke pangkuan umat Islam dan keadilan akan tegak dengan paripurna. []
Mi’raj News Agency (MINA)