Bogor, 21 Syawwal 1437/26 Juli 2016 (MINA) – Seorang Muslimah asal Gaza mengungkapkan dia bersama suaminya berazam sejak dulu untuk menjadikan anak mereka sebagai seorang yang meninggal karena berjuang di jalan Allah, atau dikenal sebagai Syuhada.
Sejak anaknya baru bisa bicara, pasangan dari Ahmad dan Widyan Shaat sudah mulai mengajarkan kepada anaknya arti dari perjuangan di jalan Allah dan perjuangan membela tanah air mereka.
“Saya berazam anak-anak saya menjadi para Syuhada, dan saya mendidik mereka dari kecil untuk berani dengan itu, karena berjuang di jalan Allah adalah segalanya,” kata Widyan saat menjadi pembicara dalam temu sharing Muslimah Gaza di hadapan ratusan santri Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi Bogor, Senin malam.
Menurut Widyan, menanamkan sugesti ke dalam otak anak sejak kecil mengenai kesiapan mereka untuk berjuang membela Palestina dari penjajahan adalah cara yang tepat untuk menanamkan keberanian sejak dini. Bahkan di Gaza, pola pendidikan keluarga seperti ini banyak diterapkan oleh para Muslimah di sana kepada anak-anaknya, sehingga menjadi sebuah tradisi untuk kebanyakan.
Baca Juga: Palestina Hadapi Musim Dingin, Lazismu Kirimkan Pakaian Hangat
“Muslimah di Gaza saat menerima anaknya yang meninggal karena serangan Israel, mereka menahan rasa sedih diri mereka dan mengucapkan Alhamdulillah dengan senyuman karena mereka yakin anaknya meninggal sebagai Syuhada, dan sudah tentu para Syuhada tidak pernah benar-benar meninggal, seperti dalam ayat Al-Quran,” ungkapnya.
Widyan memulai berbicara kepada anak lelakinya sejak saat masih balita, meskipun anaknya waktu itu kebingungan dengan ucapan sang ibu.
“Saat baru bicara, saya dan suami mengatakan kepada anak saya bahwa ’kamu akan menjadi syuhada suatu saat nanti’, dan saya mengajari mereka tentang Palestina dan siapa Israel,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Berjuang untuk membela tanah air suci dari penjajahan dan meninggal karenanya bukanlah merupakan sebuah tindakan terorisme. Oleh karenanya, Widyan selalu berusaha mendidik anaknya untuk terus memperdalam ilmu mengenai Palestina dan Israel, agar jika suatu saat anaknya berjuang, dia tidak akan salah mengenali musuhnya.
Baca Juga: Agresi Israel di Gaza Akibatkan Jutaan Ton Puing Terkontaminasi Zat Berbahaya
“Bahkan saya sering mengatakan kepada anak saya bahwa tidak semua orang Israel itu jahat, yang jahat adalah para Zionis yang memiliki agenda besar untuk menghancurkan Islam dan Palestina secara keseluruhan,” ujarnya.
Dalam sesi dua jam di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Widyan mengaku senang dengan antusias para santri perempuan yang hadir dalam diskusi itu. “Para gadis muda ini sangat luar biasa cintanya untuk Palestina,” ungkapnya usai acara.
Diskusi diselenggarakan atas kerja sama lembaga kemanusiaan MER-C, Kantor Berita Islam MINA, dan Aqsa Working Group (AWG) serta Majelis Muslimah Pondok Pesantren Al-Fatah, dengan harapan bisa membangkitkan semangat remaja Muslimah setelah melihat perjuangan para perempuan di Gaza yang tangguh akan blokade dan perjuangan membela Palestina secara umum.
Pada kesempatan itu pula, AWG memberikan dana santunan untuk warga Gaza melalui organisasi bantuan kemanusiaan yang diketuai Widyan di Khan Younis, Gaza Selatan. (L/R04/R05)
Baca Juga: Pemerintah Palestina Kecam Veto AS, Serukan PBB Akhiri Genosida di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)