Lilongwe, 21 Muharam 1435/14 November 2014 (MINA) – Muslimah Malawi saat ini sedang berjuang mewujudkan penegakan hukum bagi pelaku kekerasan terhadap perempuan.
“Meskipun sudah ada undang-undang yang mengkriminalisasi kekerasan terhadap perempuan, namun ada peningkatan angka kekerasan akhir-akhir ini,” kata Ketua Organisasi Wanita Muslim Malawi, Fatima Ndaila kepada On Islam yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Situasi ini telah memaksa kami untuk mengambil tindakan. Kami berusaha untuk melobi peradilan dan anggota parlemen untuk menegakkan hukum lebih keras bagi pelaku kekerasan terhadap perempuan. Kami percaya ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan perempuan di negara ini,” tuturnya.
“Kami meminta semua warga Malawi yang memiliki niat baik untuk bergabung dengan kami dalam masalah ini,” kata Ndaila.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Ini bukan tentang Muslim dan Islam. Ini tentang kehidupan wanita yang dipertaruhkan nyawanya,” tegasnya.
“Kita semua harus bergandengan tangan dan menghilangkan kekerasan di tengah-tengah kita. Pandangan keagamaan yang beragam di Malawi harus berdampingan untuk membuat Malawi tempat yang aman bagi perempuan dan anak-anak,” jelasnya.
Islam adalah agama terbesar kedua di Malawi setelah Kristen. Menurut CIA Factbook, 12,8% dari penduduk negara ini adalah Muslim. Baru-baru ini, kelompok Muslim telah terlibat dalam kegiatan dakwah di Malawi. Sebagian besar hal ini dilakukan oleh Badan Muslim Afrika, yang berbasis di Kuwait.
Kuwait telah menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Chichewa (Cinyanja), salah satu bahasa resmi di Malawi, dan telah terlibat dalam kegiatan dakwah lainnya di negara ini. Semua kota-kota besar di negara ini memiliki masjid, dan ada beberapa sekolah Islam.(T/P006/R03)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa