Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muslimah Penentu Arah Peradaban

Farah Salsabila Editor : Widi Kusnadi - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views ㅤ

“Perempuan adalah tiang negeri. Kalau ia baik, kokohlah negeri tersebut. Tapi kalau ia rusak, maka rusaklah negeri tersebut.”

Kalimat ini bukan sekadar ungkapan, tapi sebuah kebenaran yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Dan Islam sendiri sejak awal sudah menegaskan betapa besarnya peran perempuan dalam membentuk arah kehidupan, bahkan peradaban.

Dr. Nur Hamidah, Lc., M.Ag., seorang dosen dan aktivis perempuan, menyampaikan bahwa perempuan punya posisi yang sangat penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Peran ini tidak hanya terlihat di ranah domestik, tapi juga dalam sejarah besar umat manusia, baik dalam membangun maupun menghancurkan peradaban.

Al-Qur’an memberi banyak contoh tentang perempuan yang punya peran besar dalam menentukan arah sejarah. Kita bisa melihat sosok Asiyah, istri Firaun. Walaupun ia hidup bersama salah satu penguasa paling kejam sepanjang masa, tapi imannya tetap kokoh. Ia bahkan meminta kepada Allah sebuah rumah di surga, bukan hanya keselamatan dari suaminya.

Baca Juga: Panduan Membina Rumah Tangga Sakinah untuk Muslimah

Allah mengabadikan doanya dalam Al-Qur’an:

رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًۭا فِى ٱلْجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ

“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga, dan selamatkanlah aku dari (kejahatan) Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At-Tahrim: 11)

Karena keteguhannya, Rasulullah SAW menyebut Asiyah sebagai salah satu dari empat perempuan terbaik di dunia, bersama Maryam, Khadijah, dan Fatimah yang menunjukkan bahwa perempuan bisa tetap hebat meski berada di tengah kondisi yang sangat sulit.

Baca Juga: Selfie di Sajadah, Hijrah atau Gengsi?

كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

“Telah banyak laki-laki yang sempurna, namun tidak ada yang sempurna dari kalangan perempuan kecuali Maryam binti Imran dan Asiyah istri Fir’aun…” (HR. Bukhari, no. 3411)

Sebaliknya, Al-Qur’an juga menceritakan dua perempuan yang justru menghancurkan nilai-nilai kebenaran, yaitu istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Keduanya hidup bersama nabi utusan Allah, tapi mereka justru memilih jalan yang salah dan tidak mendukung perjuangan suaminya. Hasilnya, mereka pun termasuk orang-orang yang binasa.

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍۢ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍۢ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَـٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا

Baca Juga: Muslimah dan Cahaya Keberanian, Menapaki Jalan Kebaikan dengan Keyakinan

“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir: istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah (pengawasan) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suami-suaminya, maka suami-suami mereka itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun di hadapan Allah.” (QS. At-Tahrim: 10)

Ada juga sosok istri Abu Lahab, yang disebut dalam surat Al-Lahab sebagai penyebar fitnah. Bersama suaminya, mereka menjadi musuh terang-terangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Bahkan namanya diabadikan sebagai contoh pasangan yang saling menguatkan dalam keburukan.

وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ، فِى جِيدِهَا حَبْلٌۭ مِّن مَّسَدٍۢ

“Dan istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS. Al-Lahab: 4–5)

Baca Juga: Menjaga Cahaya Iman, Muslimah di Tengah Godaan Gemerlapnya Dunia

Dari semua contoh itu, kita bisa melihat satu benang merah: perempuan bukan hanya pelengkap dalam kehidupan, tapi penentu arah, baik arah kebaikan atau arah kehancuran. Kalau ia baik, maka rumah tangga, masyarakat, bahkan bangsa akan ikut baik. Tapi kalau ia rusak atau salah arah, maka dampaknya bisa luas sekali.

Dr. Nur Hamidah juga menjelaskan tentang istilah perempuan dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Arab, ada kata al-mar’ah dan an-nisā’. Keduanya sama-sama berarti “perempuan”, tapi punya nuansa makna yang berbeda. Al-mar’ah biasanya merujuk pada perempuan dalam konteks rumah tangga, sedangkan an-nisā’ lebih luas, mencakup peran sosial.

Menariknya, saat disebut bahwa perempuan adalah penentu peradaban, yang digunakan adalah kata al-mar’ah. Ini seolah menjadi isyarat bahwa peradaban besar itu bermula dari rumah, dari peran perempuan sebagai ibu, istri, dan pendidik pertama anak-anak.

Kita sering mendengar istilah “dapur, sumur, kasur” yang dulu dianggap merendahkan perempuan. Tapi sebenarnya, jika dipahami dengan benar, tiga kata itu justru menggambarkan wilayah kepemimpinan perempuan di dalam rumah. Bukan dalam arti sempit, tapi dalam arti luas: mengelola kebutuhan keluarga, menjaga kehormatan, mendidik anak-anak, dan membentuk suasana rumah yang penuh keteladanan dan ketentraman.

Baca Juga: Menjadi Muslimah yang Berdaya Saing dan Tangguh

Perempuan yang mampu membangun rumah tangga yang sehat, kuat, dan penuh iman, itulah yang layak berkontribusi lebih luas di masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ… وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا، وَهِيَ مَسْؤُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Seorang perempuan adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: 15 Keuntungan Muslimah yang Menghafal Al-Qur’an

Artinya, peran perempuan di rumah bukan peran kecil. Justru dari sana peradaban dibentuk. Anak-anak yang berakhlak, suami yang tenang bekerja dan berjuang, serta lingkungan yang penuh kebaikan, semuanya bersumber dari rumah yang kokoh. Dan rumah yang kokoh, ada di tangan perempuan yang kuat.

Perempuan yang hebat tidak hanya terlihat di luar rumah. Tapi justru dimulai dari dalam rumah, dari hal-hal kecil yang membentuk pondasi besar. Karena sejatinya, peradaban yang kokoh selalu lahir dari rumah yang kuat. Dan rumah yang kuat lahir dari perempuan yang tangguh. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: 7 Tips Mengatur Keuangan untuk Muslimah Mandiri

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah
Khadijah
Khadijah
Kolom
Khadijah