Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUSLIMAH PERISAI RASULULLAH

Admin - Selasa, 16 Juli 2013 - 06:54 WIB

Selasa, 16 Juli 2013 - 06:54 WIB

886 Views ㅤ

Oleh: Iklima Aulia Rahma

Kisah keteladaan seorang muslimah yang dikenang dalam sejarah, Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah adalah muslimah yang gugur dalam peperang pada masa nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam.  Ia adalah Istri dari Zaid bin Ashim, ibu dari Hubaib bin Zaid bin Ashim dan Abdullah bin Zaid bin Ashim. Nusaibah adalah muslimah yang selalu di barisan depan untuk urusan perjuangan yang diniatkan mulia di dunia dan akhirat,  

Ia juga salah satu dari dua muslimah yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar berjanji kepada Rasulullah dalam baiat Aqabah dan baiatur Ridwan, ia berbaiat bersama suaminya.  Kecintaan Nusaibah terhadap Rasulullah tidak dapat diragukan lagi, hal tersebut terbukti dalam perjuangannya di medan perang, seperti perang Uhud, Hudaibiyah, Hunaian dan Yamamah.

Dalam sejarah tercatat keberanian Nusaibah yang bertempur dalam perang Uhud, membela dan melindungi Rasulullah.  Pada saat itu Nusaibah bergabung dalam pasukan Islam dengan mengemban tugas di bidang logistik dan medis, ia memberi minum bagi tentara kaum Muslimin dan mengobati mereka yang terluka.  Namun tugasnya tidak hanya itu bahkan iapun memanggul senjata masuk ke tengah-tengah peperangan untuk melindungi Rasulullah.

Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun

Tidak semua muslimah memiliki keberanian seperti Nusaibah dalam medan perang, ditengah-tengah kekacauan dan hunusan pedang, ia tetap teguh dalam pendiriannya membela dan melindungi Rasul.  Pada saat perang Uhud mulai terlihat kelemahan dari barisan kaum muslimin dan para pemanah di atas bukit mulai melanggar perintah Rasulullah, saat itu perang Uhud dalam kekacauan dan bukit diambil alih oleh pemanah kaum kafir Quraisy, tempat yang strategis untuk melayangkan anak panah, bahkan anak panah itu ditujukan kepada Rasulullah Saw.

Ketika melihat kejadian itu, Nusaibah tidak tinggal diam, segera mengambil tindakan melindungi Rasulullah yang tengah menangkis satu persatu panah yang ditujukan kepadanya.  Nusaibah tidak menghiraukan dirinya sehingga ia terkena 12 anak panah yang melukai dirinya, ia tidak mengeluh dan bersedih.

Rasulullah melihat keberanian dan pembelaan Nusaibah terhadapnya, beliau berkata kepada anak Nusaibah,” wahai Abdullah obati luka ibumu!, kemudian beliau berdoa “Ya Allah jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di Surga.”

Mendengar doa Rasul, Nusaibah semakin menghiraukan luka ditubuhnya dan terus berperang membela agama Allah.   Dalam sejarah Islam mencatat ketabahan Nusaibah yang ikhlas ketika anaknya gugur dalam peperangan, ia menerimanya dan yakin bahwa putranya ada dalam kedudukan tinggi di sisi Allah.

Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad

Beberapa perang telah diikuti oleh Nusaibah beserta suami dan anaknya, hingga pada suatu saat Rasulullah telah wafat dan kepemimpinan telah beralih kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, sebagian kaum muslimin kembali murtad.

Kemudian Abu Bakar membentuk pasukan untuk memerangi mereka.  Abu Bakar mengirimkan surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan memerintahkan habib putra Nusaibah untuk mengantarkannya.

Namun setibanya surat itu ke Musailamah, Habib disiksa dengan memotong anggota badannya, meninggalnya Habib membekas luka dihati Nusaibah.  Maka ketika perang Yamamamh, Nusaibah bak singa yang akan menerkam mangsanya ia dengan berani beserta dan putranya Abdullah ikut memerangi Musailamah.

Nusaibah adalah muslimah teladan yang berani bertempur di medan perang untuk membela agama Allah, hidupnya telah diikrarkan untuk berjuangan melawan musuh yang berpaling dari aqidah, tidak ada tujuan lain kecuali tujuan kemuliaan di dunia dan akhirat bagi Nusaibah. (P013/R2).

Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina

(Dari berbagai sumber)  

Rekomendasi untuk Anda