Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muslimah Sejati, Panduan Membangun Karakter Mulia

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 18 detik yang lalu

18 detik yang lalu

0 Views

Muslimah berkarakter mulia (foto: ig)

Muslimah sejati merupakan sosok yang memancarkan akhlak mulia, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam Islam, karakter yang baik bukan hanya cerminan kepribadian, tetapi juga bagian dari ibadah. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” [HR. Ahmad]. Dalam tulisan singkat ini setidaknya ada beberapa langkah sebagai panduan bagi seorang Muslimah untuk membangun karakter mulia sehingga menjadi seorang Muslimah sejati, antara lain sebagai berikut.

Pertama, keimanan sebagai fondasi. Keimanan adalah dasar dari segala amal. Seorang muslimah sejati memulai perjalanannya dengan memperkuat tauhid (keimanan kepada Allah). Allah berfirman,

Baca Juga: Kursi Perempuan DPR 2024-2029 Capai Tertinggi dalam Sejarah

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu.” [QS. Al-Hujurat: 15]. Keimanan yang kokoh akan menjadi landasan bagi seluruh sifat mulia yang akan dibangun.

Seorang muslimah yang tidak membangun keimanan akan mudah tergoyahkan oleh godaan duniawi dan ajaran yang menyimpang. Ia tidak memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga cenderung menjalani hidup tanpa petunjuk yang benar. Dalam kondisi seperti ini, ia bisa terjerumus dalam kebimbangan dan meragukan ajaran Islam. Allah berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Baca Juga: Fenomena Hijrah Muslimah, Antara Tren atau Pilihan Hidup?

“Di antara manusia ada yang berkata: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” [QS. Al-Baqarah: 8].

Kedua, ketakwaan sebagai pengendali. Ketakwaan adalah bukti nyata dari keimanan yang kuat. Muslimah sejati selalu menjaga takwanya kepada Allah dalam setiap keadaan. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Bertakwalah kepada Allah, dan Allah akan mengajarimu.” [QS. Al-Baqarah: 282]. Ketakwaan membantu seorang muslimah menjaga lisan, perilaku, dan niatnya, sehingga setiap tindakannya selalu sesuai dengan syariat.

Baca Juga: Lebih dari Sekadar Penutup: Hijab Simbol Keindahan, Martabat dan Spiritualitas Muslimah

Muslimah yang tidak menjaga ketakwaannya akan sering melanggar batas-batas yang ditetapkan oleh Allah. Ia bisa menjadi lalai dalam menjalankan perintah agama, melakukan hal-hal yang dilarang, dan tidak takut pada konsekuensi di akhirat. Kurangnya ketakwaan membuatnya mengabaikan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah. Hal ini bisa mengakibatkan rusaknya hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Ketiga, kesabaran dalam menghadapi ujian. Sabar adalah sifat utama yang harus dimiliki seorang muslimah. Allah Ta’ala menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersabar.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [QS. Az-Zumar: 10]. Dalam kehidupan, seorang muslimah pasti akan menghadapi berbagai ujian, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun lingkungannya, dan kesabaran adalah kunci untuk menghadapinya.

Baca Juga: Peran Muslimah dalam Melahirkan Generasi Qurani

Seorang muslimah yang tidak memiliki kesabaran akan mudah mengeluh dan berputus asa ketika menghadapi cobaan hidup. Ia cenderung mencari jalan pintas dan bahkan bisa menyalahkan takdir. Ketidaksabarannya membuatnya jauh dari sifat tawakal, sehingga ia kehilangan ketenangan dalam menghadapi setiap ujian yang datang. Padahal, Allah berfirman,

إِنَّ الإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah.” [QS. Al-Ma’arij: 19].

Keempat, menjaga lisan dan adab. Lisan adalah cermin hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Peran Muslimah dalam Membela Al Aqsa Melalui Pendidikan

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” [HR. Bukhari dan Muslim]. Muslimah sejati selalu menjaga ucapannya dari ghibah, fitnah, dan perkataan sia-sia, serta selalu berbicara dengan kelembutan dan penuh hikmah.

Jika seorang muslimah tidak menjaga lisannya, ia akan sering berbicara tanpa berpikir, menyakiti hati orang lain, dan bahkan terlibat dalam ghibah (bergosip) serta fitnah. Hal ini bisa merusak hubungan sosial dan menimbulkan banyak masalah dalam masyarakat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan,

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Baca Juga: Berjilbab di Era Media Sosial, Antara Tren dan Ketaatan

“Apakah yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka lebih banyak selain hasil dari lisan mereka?” [HR. Tirmidzi].

Kelima, rendah hati dan tidak sombong. Kerendahan hati adalah salah satu ciri karakter mulia. Allah berfirman,

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” [QS. Al-Furqan: 63]. Muslimah yang rendah hati akan senantiasa bersyukur, tidak merasa lebih baik dari orang lain, dan selalu siap membantu sesama.

Baca Juga: Muslimah Cerdas, Merajut Waktu, Mengukir Karya

Sifat sombong adalah kebalikan dari rendah hati. Muslimah yang sombong cenderung meremehkan orang lain, memandang rendah sesama, dan sulit menerima nasihat. Sifat ini dikecam oleh Allah,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [QS. Luqman: 18]. Kesombongan hanya akan membawa kehancuran bagi diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

Keenam, menjaga kehormatan dan hijab. Allah Ta’ala memerintahkan muslimah untuk menjaga kehormatan dan menutup aurat. Dalam Al-Qur’an disebutkan, ”

Baca Juga: Bidadari Dunia, Muslimah yang Diberkahi

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.'” [QS. An-Nur: 31]. Seorang muslimah sejati menjaga hijab lahir dan batinnya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan penghormatan terhadap dirinya.

Muslimah yang tidak menjaga aurat dan kehormatannya akan memperlihatkan diri secara bebas di hadapan laki-laki non-mahram, serta tidak peduli dengan perintah Allah terkait pakaian dan perilakunya. Ini bertentangan dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an untuk menutup aurat dan menjaga kesucian. Hal ini dapat membawa dampak negatif bagi dirinya dan masyarakat, serta memancing fitnah.

Ketujuh, kedermawanan dan kepedulian sosial. Muslimah sejati adalah sosok yang dermawan, peduli pada lingkungan sekitar, dan senang membantu orang lain. Allah berfirman,

Baca Juga: Lima Kiat Menjadi Muslimah Penuh Syukur

وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

“Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” [QS. Al-Hasyr: 9]. Kedermawanan bukan hanya soal harta, tetapi juga tentang waktu, tenaga, dan perhatian yang diberikan kepada orang lain.

Seorang muslimah yang tidak memiliki rasa dermawan akan cenderung bersikap egois, mementingkan diri sendiri, dan tidak peduli pada orang yang membutuhkan. Ketidakpeduliannya terhadap lingkungan dan orang lain menghilangkan keberkahan dari harta dan hidupnya. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Baca Juga: Muslimah dan Dakwah Digital

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka azab yang pedih.” [QS. At-Taubah: 34].

Kedelapan, taat kepada suami dan hormat kepada orang tua. Seorang muslimah yang sudah menikah diwajibkan untuk taat kepada suaminya selama dalam hal kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

“Jika seorang wanita shalat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” [HR. Ahmad]. Selain itu, seorang muslimah juga harus selalu berbakti kepada orang tuanya sebagai bentuk penghormatan.

Muslimah yang tidak taat kepada suaminya dalam kebaikan dan durhaka kepada orang tuanya akan mendapatkan dosa besar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita mana saja yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.” [HR. Tirmidzi]. Durhaka kepada orang tua juga merupakan salah satu dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah.

Kesembilan, mendidik anak dengan akhlak mulia. Mendidik anak adalah tanggung jawab besar bagi seorang ibu. Dalam Islam, pendidikan anak yang utama adalah pendidikan akhlak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ خَيْرًا مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

“Tidak ada pemberian yang lebih baik dari orang tua kepada anaknya selain akhlak yang baik.” [HR. Tirmidzi]. Muslimah sejati mendidik anak-anaknya dengan cinta, kesabaran, dan teladan yang baik.

Jika seorang muslimah tidak mendidik anak-anaknya dengan baik, terutama dalam hal akhlak dan agama, ia akan menanggung beban berat di akhirat. Anak-anak yang tumbuh tanpa arahan yang benar akan cenderung terjerumus dalam pergaulan yang buruk dan meninggalkan ajaran Islam. Dalam hal ini, ibu memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anaknya.

Kesepuluh, berperan aktif dalam masyarakat. Muslimah sejati juga memiliki peran dalam masyarakat. Ia bisa berkontribusi dalam berbagai bidang selama tidak bertentangan dengan syariat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memuji para wanita Anshar,

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ، لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, rasa malu mereka tidak menghalangi mereka untuk belajar agama.” [HR. Bukhari]. Ini menunjukkan bahwa seorang muslimah boleh dan bahkan dianjurkan untuk terus belajar dan berkontribusi dalam masyarakat.

Seorang muslimah yang pasif dan tidak berperan dalam masyarakat akan kehilangan kesempatan untuk berkontribusi dalam kebaikan. Ia hanya fokus pada dirinya sendiri tanpa peduli pada perkembangan sosial dan masalah yang ada di sekitarnya. Padahal, Islam mendorong setiap muslimah untuk memberikan manfaat bagi sesamanya, baik dalam lingkup kecil seperti keluarga, maupun dalam masyarakat luas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” [HR. Ahmad].

Kesebelas, tawakal dan doa. Tawakal, berserah diri kepada Allah, adalah ciri muslimah sejati. Setelah melakukan usaha terbaik, seorang muslimah hendaknya menyerahkan hasilnya kepada Allah. Allah berfirman,

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” [QS. At-Talaq: 3]. Selain itu, doa adalah senjata seorang muslimah dalam setiap kondisi, baik saat susah maupun senang.

Muslimah sejati adalah sosok yang memiliki karakter mulia, yang mencerminkan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan berpegang pada Al-Qur’an dan sunnah, seorang muslimah dapat terus memperbaiki dirinya, menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat, serta meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak yang mulia bukan hanya bentuk keindahan, tetapi juga kunci untuk meraih ridha Allah dan kebahagiaan sejati.

Jika muslimah yang tidak membangun karakter mulia sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah akan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, baik secara pribadi maupun sosial. Sifat buruk seperti sombong, tidak sabar, dan mengabaikan ajaran agama hanya akan menjauhkan seorang muslimah dari ridha Allah dan kebahagiaan sejati. Sebaliknya, mengikuti panduan Islam dalam berakhlak mulia akan membawa berkah dan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah
Khadijah
Khadijah
Khadijah