Naypyidaw, Myanmar, 16 Rabi’ul Awwal 1435/18 Januari 2014 (MINA) – Pihak berwenang Myanmar di ibukota Naypyidaw membantah kematian warga sipil Muslim etnis Rohingya, tetapi menegaskan bentrokan terjadi.
Setelah hari Jumat kelompok HAM melaporkan, beberapa orang termasuk perempuan dan anak-anak tewas dalam serangan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar Barat, pihak berwenang segera membantah.
Pejabat mengatakan, seorang polisi diduga tewas, namun mengatakan belum ada informasi mengenai pembunuhan perempuan dan anak-anak, sebagaimana yang dlaporkan kelompok advokasi Proyek Arakan yang berbasis di Thailand.
Menurut pejabat, rincian kerusuhan tidak jelas, tetapi aktivis Rohingya mengatakan setidaknya dua perempuan dan seorang anak tewas ditikam sampai mati dalam serangan terhadap sebuah desa dekat perbatasan Bangladesh awal pekan ini, dengan kemungkinan adanya beberapa lusin korban.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Amerika Serikat dan Inggris meminta pemerintah Myanmar untuk menyelidiki dan menangkap mereka yang bertanggung jawab, demikian laporan Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Kami tidak memiliki informasi tentang pembunuhan,” kata Deputi Menteri Informasi Myanmar, Ye Htut kepada wartawan di sela-sela pertemuan Menteri Luar Negeri Asia Tenggara di kota kuno Bagan, Myanmar.
Komentarnya itu diamini oleh pejabat pemerintah lainnya.
Chris Lewa, direktur kelompok advokasi Proyek Arakan yang berbasis di Thailand, yang telah mendokumentasikan pelanggaran terhadap Rohingya lebih dari satu dekade, mengatakan rincian tentang kekerasan di desa Du Char Yar Tan masih muncul, dengan laporan jumlah korban yang berbeda.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Lewa mengatakan, laporan saksi staf desa menyebutkan, jumlah korban tewas bisa mencapai 10 hingga 60.
Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Tanpa Tapal Batas, yang menjalankan klinik terdekat, mengatakan mereka khawatir dengan warga yang bersembunyi tidak dapat memperoleh perawatan medis yang mereka butuhkan.
“MSF menegaskan bahwa pada hari Rabu ada dua orang terluka, menderita cidera akibat kekerasan, salah seorang luka tembak dan lainnya luka akibat pemukulan,” kata kepala kelompok, Peter-Paul de Groote.
Pemerintah Myanmar menganggap sekitar 800.000 etnis Rohingya di negara itu sebagai orang asing, sementara banyak warga memandang mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan menganggapnya sebagai musuh.
Chris Lewa dari kelompok advokasi Proyek Arakan yang berbasis di Thailand mengungkapkan, lebih dari 240 orang telah tewas dan 250.000 yang sebagian besar umat Islam, terpaksa meninggalkan rumah mereka. (T/P09/E1).
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan